Rabu, 28 April 2010

ANALISIS KARAKTERISTIK MATERI AJAR

ANALISIS KARAKTERISTIK MATERI AJAR IMPULS DAN MOMENTUM
DAN RANCANGAN STRATEGI PENGAJARANNYA

Abstrak : Tujuan studi pustaka ini adalah untuk mengidentifikasikan karakteristik materi ajar Impuls dan Momentum pada tingkat SMA sederajat, dianalisis berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan dalam memahami dan menerapkannya dilihat dari segi produk, proses, dan aplikasinya, serta merancang strategi pengajaran yang sesuai.
Dari segi produk, impuls dan momentum merupakan bagian dari materi Fisika kelas II SMA yang membahas tentang tumbukan dengan penekanan pada konsep gerak, terutama Hukum II dan III Newton.
Dari segi proses, impuls dan momentum sebagai bahan dari Fisika merupakan suatu cara berpikir dan investigasi untuk memahami dan menguasai Hukum II dan III Newton. Sehingga untuk dapat memahami dan menerapkannya diperlukan kompetensi dasar keilmuan Fisika berupa keterampilan procedural yang meliputi: teknik pemodelan dan metode eksperimen atau percobaan. Untuk mengajarkan Impuls dan Momentum diperlukan strategi pembelajaran yang dapat melatih siswa menguasai pengetahuan deklaratif dan keterampilan procedural. Model pembelajaran yang sesuai untuk itu adalah Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction).

Kata kunci : Karakteristik materi ajar, impuls, momentum, strategi pengajaran.

PENDAHULUAN
Impuls dan momentum adalah bagian dari Fisika yang diajarkan dari tingkat SMA sampai Perguruan Tinggi.
Pengalaman penulis selama ini sebagai mahasiswa menunjukkan bahwa tidak semua pengajar fisika memahami karakteristik materi ajar impuls dan momentum. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan merumuskan indikator pencapaian kompetensi pembelajaran impuls dan momentum yang akan diajarkan. Dan pada akhirnya menimbulkan kesulitan dalam memilih strategi belajar dan pembelajaran yang sesuai.
Untuk itu, studi pustaka ini berupaya mengungkapkan karakteristik materi ajar impuls dan momentum pada tingkat SMA sederajat (tepatnya pada tahun kedua), kemudian merancang strategi pengajarannya, dengan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut :
a. Apakah sebenarnya impuls dan momentum itu?
b. Bagaimana karakteristik materi ajar impuls dan momentum?
c. Bagaimana rancangan pengajaran yang sesuai untuk mengajarkan materi ajar Impuls dan Momentum pada tingkat SMA sederajat bagi mahasiswa calon guru?

ANALISIS KARAKTERISTIK UMUM IMPULS DAN MOMENTUM
“Apa itu impuls?” Impuls adalah hasil kali antara gaya yang bekerja dan selang waktu gaya itu bekerja. Impuls juga sering disebut pukulan.

Impuls merupakan besaran vector.
Beberapa macam gaya hanya bekerja sebentar. Jika besar gaya dilukiskan sebagai fungsi waktu kita akan memperoleh bentuk seperti pada gambar 1.


gaya hanya bekerja sebentar pada saat t = t0. Gaya seperti ini disebuya dalam t gaya impuls, yang bekerja hanya dalam selang waktu yang pendek. Banyak gaya yang besifat seperti ini. Misalnya bola yang menumbuk tembok, tendangan pada bola dan sebagainya.
Marilah kita pandang peristiwa berikut. Sebuah bola yang dapat dipandang sebagai sebuah partikel atau suatu benda titik, dipukul sehingga terpental. Bagaimankana kita menghubungkan gerak partikel dengan gaya pukulan yang bekerja pada partikel? Kita gunakan hukum II Newton. Seperti telah kita ketahui

Jika kita ambil integral dari persamaan tersebut kita peroleh

Kemudian kita misalkan massa partikel tidak berubah dengan kecepatan atau waktu, maka kita peroleh
mv0
Untuk gerak satu dimensi (gerak lurus) persamaan tersebut dapat dituliskan tanpa tanda vector, yaitu
mv0
dengan vo adalah kecepatan gerak benda sebelum gaya implus F(t) bekerja.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa jika kita tahu fungsi F(t), kita dapat menentukan perubahan v atau perubahan mv dengan menghitung integral Jika kita hanya ingin tahu kecepatan akhir saja, kita cukup mengetahui harga Intergral ini disebut impuls, dan dinyatakan dengan I.
Definisi impuls tidak hanya berlaku untuk gaya-gaya impuls saja, akan tetapi berlaku untuk gaya yang umum. Hal ini dikarenakan persamaan mv0 berdasarkan pada hukum II Newton yang bersifat umum.
Jadi untuk gerak lurus (satu dimensi) Bila grafik fungsi F(t) diketahui, kita dapat menghitung impuls dengan menentukan luas daerah antara kurva F(t) dengan sumbu t ; seperti gambar di bawah ini


Dalam persoalan seperti ini, massa (m) dan kecepatan (v) selalu timbul bersama-sama, sebagai hasil kali mv. Akibatnya hasil kali ini diberi nama, momentum linier, dan dinyatakan dengan rumus P = m v
Untuk gerak dalam ruang 3 dimensi, didefinisikan vector momentum, yaitu p = m.v. Sehingga didapatkan hubungan antara impuls dan momentum dalam menggunakan persamaan
p0 =
I =
Jadi, perubahan momentum yang terjadi adalah sama dengan Impuls yang dilakukan pada benda

Sebelum gaya F(t) bekerja, benda bergerak dengan kecepatan konstan, jadi momentum juga tidak bergantung pada t. Hal sama berlaku setelah F(t) selesai bekerja. Jika kita bandingkan impuls dengan kerja, kita lihat pengertian yang sejajar.
I = , jadi impuls merubah momentum. Kita dapat pandang impuls sebagai perpindahan momentum. Sedang kerja dilakukan dengan gaya F pada benda yaitu W = , jadi kerja mengubah energy benda. Sehingga kerja adalah suatu bentuk perpindahan energy.
Energy dan momentum adalah dua besaran yang sangat erat hubungannya. Dalam teori relativitas khusus di mana waktu adalah dimensi keempat dari ruang, energy adalah dimensi keempat dari momentum.
Sedangkan untuk momentum itu sendiri definisinya seperti yang dijelaskan di atas adalah hasil kali antara massa benda (m) dan kecepatannya (v).
Hukum asal dari momentum dapat diambil dari Hukum II Newton, yang menyatakan bahwa percepatan yang disebabkan oleh gaya diberikan rumus F = ma, di mana prinsip percepatan adalah turunan kecepatan terhadap waktu
Persamaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Dari penjabaran rumus di atas dapat kita peroleh persamaan P = m.v
Momentum juga disebut jumlah gerak. Momentum adalah besaran vector.
Pembahasan tentang momentum dan impuls juga menjelaskan tentang tumbukan. Tumbukan adalah peristiwa tabrak sentral antara dua benda. Tumbukan dibagi menjadi 3, yaitu ; tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tak lenting sama sekali.

KARAKTERISTIK MATERI AJAR IMPULS DAN MOMENTUM
topik impuls dan momentum diberikan pada kelas 2 semester 1yang terdiri atas 3 subbab pokok, yaitu :
a. Konsep impuls dan momentum
b. Hukum kekekalan momentum
c. Jenis-jenis tumbukan
Perhatikan tumbukan antara dua partikel / benda yang bergerak pada satu garis.

Sebelum tumbukan, partikel pertama massanya m1 bergerak dengan kecepatan v1, momentumnya adalah P1. Partikel kedua massanya m2 bergerak dengan kecepatan v2 momentumnya P2. Pada saat kedua partikel bertumbukan, keduanya saling menolak. Pada partikel pertama bekerja gaya F12 oleh partikel kedua, dan pada partikel kedua bekerja gaya F21 adalah partikel pertama. Kedua gaya ini adalah pasangan aksi-reaksi, dan keduanya adalah gaya impuls, yang bekerja hanya dalam selang waktu pendek. Akibatnya F12 = - F21, momentum hukum III Newton.
Untuk mendapatkan momentum akhir dari partikel pertama dan partikel kedua, dimana I1 adalah impuls pada partikel pertama karena gay F12 dan I2 adalah impuls partikel kedua karena gaya F21, maka diperoleh
I1 = F12 dt = P11 – P1 dan I2 = F21 dt = P21 – P2
Jika kita gunakan hukum III Newton, yaitu bahwa F12 = F21, maka dapat disimpulkan bahwa
I1= - I2 atau P11 = - ( P21 - P2 ) atau
P11 + P21 = P1 + P2
Persamaan diatas menyatakan bahwa untuk suatu sistem terdiri dari dua partikel, masing-masing dengan momentum P1 dan P2, dapat kita definisikan momentum total dari sistem yaitu jumlah dari momentum anggota sistem . Dalam kalimat di ungkapkan sebagai :
Bila pada suatu sistem tidak bekerja gaya luar, maka momentum total sistem yaitu jumlah momentum seluruh anggota system adalah tegap. Atau jumlah momentum sebelum tumbukan sama dengan jumah momentum sebelum tumbukan. Pernyataan ini yang kemudian disebut hukum kekekalan momentum, dan hanya berlaku bila resultan gaya luar pada sistem adalah nol, dan berlaku selama gaya-gaya internal mengikuti hukum III Newton.
Hukum kekekalan momentum berlaku secara umum, tidak terbatas pada sistem dua partikel saja. Untuk suatu system yang terdiri dari n partikel, maka momentum total seluruh sistem adalah :
P = P1 + P2 + ……+ Pn atau p = Pi
Untuk lebih jelasnya, kita tunjukkan untuk sistem tiga partikel . Misalnya pada partikel gaya F1 = F12 + F 13, dengan F12 adalah gaya pada partikel pertama oleh partikel kedua dan F13 adalah gaya pada partikel pertama oleh partikel ketiga. Selanjutnya gaya pada partikel kedua dan ketiga dapat ditulis sebagai berikut :
F2 = F21 + F23, dan F3 = F31 + F32

Karena F12 = ־ F21, sebab kedua gaya ini adalah pasangan aksi-reaksi, menurut hukum III Newton mempunyai besar sama dan arahnya berlawanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa = 0, atau momentum total adalah kekal.
Tumbukan Satu Dimensi
Misalnya dua benda bertumbukan pada bidang melalui satu garis lurus dengan massa m1 dan m. Sedang kecepatan sebelum tumbukan adalah v1 dan v2, setelah tumbukan adalah v1' dan v2'. Tumbukan dianggap elastic. Dari hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetic diperoleh :
m1v1 + m2v2 = m1v1' + m 2v2 ' dan ½ m1v12 + ½ m2v22 = ½ ½ m1v1'2 + ½ m2v2'2
Persamaan momentum dapat ditulis sebagai
m1 ( v1 – v1' ) = m2 ( v2' – v2 )
Dari persamaan energi dapat ditulis sebagai
m1 ( v12 – v1'2 ) = m2 ( v2'2 – v22 )
Dari kedua persamaan di atas dapat kita nyatakan
( v1 + v1' ) = ( v2' + v2 )
Berdasarkan persamaan di atas dan persamaan momentum, kita dapat menyatakan kecepatan akhir terhadap nilai kecepatan awal.

Dari hasil di atas ada beberapa hal kasus yang menarik,
1) Jika kedua partikel mempunyai massa yaitu m1 = m2, maka kedua persamaan di atas memberikan v1' = v2 dan v2' = v1
Jadi pada tumbukan elastic satu dimensi dari dua partikel bermassa sama, ternyata partikel bertukar kecepatan setelah terjadi tumbukan.
2) Jika partikel m1 = m2 dan partikel m2 mula-mila diam ( v2 = 0 ), maka diperoleh v1' = 0 dan v2' = v1
Jadi setelah tumbukan partikel m1 berhenti, dan partikel m2 terpental dengan kecepatan awal dari partikel m1.
3) Jika massa partikel m2 jauh lebih besar dari m1, maka
V1' = - v1 dan v2 = 0
Jadi jika partikel ringan bertumbukan dengan pertikel yang massanya jauh lebih besar, kecepatan dari partikel rigan akan berbalik, sedang partikel yang massanya beasr kira-kira tetap berhenti.
4) Jika m2 jauh lebih kecil dari m1, kita peroleh
v1' = v1 dan v2' = 2 v2
Ini berarti bahwa kecepatan partikel yang massanya jauh lebih besar hampir kecepatannya tidak berubah, akan tetapi partikel yang ringan terpental dengan kecepatan hampir sama dengan dua kali keepatan partikel yang datang.
Hal lain yang tidak kalah menarik, dan peristiwa tumbukan adalah jika kita menyatakan kepentingan antara dua partikel bertumbukan atau biasa disebut koefisien restitusi.
( v1 + v1' ) = ( v2' + v2 )
v1’ - v2’ = -v1 + v2 atau

Dari persamaan di atas berlaku untuk tumbukan lenting sempurna dan untuk tumbukan lenting sebagian dapat dinyatakan sebagai berikut

Dengan e adalah koefisien restitusi, ( 0 < e < 1 )
Hukum Kekekalan Momentum Linear
Dalam peristiwa tumbukan momnetum total sistem sesaat sebelum tumbukan sama dengan momentum total sistem sesaat sesudah tumbukan, asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem.
Formulasi hukum kekekalan momentum linear di aats dinyatakan oleh
psebelum = psesudah
pA + pB = pA’ + pB’
mAvA + mBvB = mAvA’ + mBvB’ (***)
yang dimaksud dengan gaya dalam adalah gaya-gaya interaksi di antara benda-benda pada sistem itu sendiri. Untuk sistem di mana gaya yang terlibat saat interaksi hanyalah gaya dalam, menurut Hukum III Newton, resultan semua gaya inni sama dengan nol. Sebagai contoh, untuk sistem interaksi dua bola biliar selama berlangsung tumbukan, resultan gaya pada sistem oleh gaya-gaya dalam adalah
F = FA,B + FB,A = -F + F = 0
Sesuai hukum II Newton bentuk momentum, perubahan momentum sistem adalah
∆p = F∆t = 0
Ini berarti bahwa momentum total sisrem adalh konstan (tidak berubah). Oleh karenna itu, hukum kekekalan nmomentum juga dapat dinyatakan sebagai berikut
Momentum total yang konstan dari suatu sistem benda-benda (sedikitnya dua benda) di mana pada sistem tesebut tidak bekerja gaya luar.
Yang dimaksud dengan sistem adalah sekumpulan benda (minimal dua benda) yang saling berinteraksi. Jika pada suatu sistem interaksi benda-benda hanya bekerja gaya dalam, resultan gaya sisteadalah nol, momentum total sistem tidak kekal.
Jenis-Jenis Tumbukan
Untuk sistem dua benda bertumbukan, momentum linear sistem adalah tetap asalkan pada sistem tidak bekerja gaya luar. Akan tetapi, energi kinetik sistem dapat berkurang karena sebagian energi kinetik diubah ke bentuk energi kalor dan energi bunyi pada saat terjadi tumbukan. Jadi, pada peristiwa tumbukan di mana tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, hukum kekekalan momentum linear selalu berlaku, tetapi hukum kekekalan energi kinetik umumnya tidak berlaku.
Berdasarkan berlaku atau tidaknya hukum kekekalan energi mekanik (khususnya energi kinetik), tumbukan dibagi dua jenis : tumbukan lenting sempurna dan tak lenting. Tumbukan lenting sempurna jika pada peristiwa tumbukan itu energi kinetik sistem adalah tetap (berlaku hukum kekekalan energi kinetik),. Tumbukan tidak lenting jika pada peristiwa tumbukan itu terjadi pengurangan energi kinetik sistem (tidak berlaku hukum sesaat sesudah tumbukan, kedua benda saling menempel (bergabung, sehingga kedua benda dapat dianggap sebagai satu benda) dan keduanya bergerak bersaama dengan kecepatan yang sama.

Tumbukan lenting sempurna (tumbukan elastik)
m1 v1A=m2 v2A
sebelum tumbukan
m1 v1B = m2 v2B
sesudah tumbukan

Unutk tumbukan elastik, energi awal dan akhir sama. Jika tidak ada perubahan enegi potensial internal sistem, energi kinetik akhir sama dengan energi awal:
m1v1A2 + m1v1A2 = m2v2B2 + m2v2B 2 (****)
Persamaan (***) dan (****) cukup untuk menentukan kecepatan akhir kedua benda dari kecepatan mereka. Namun, bentuk kuadratik persamaan (****) menyebabkan kesulitan aljabar dalam memecahkan persoalan tumbukan elastik. Kesulitan ini dapat dihindari degan menggabungkan Persamaan-persamaan itu untuk mendapatkan persamaan ketiga yang linear terhadap kecepatan. Penata ulang persamaan (****) menghasilkan
m2(v2B2 - v2A2) = m1(v1B2 – v1A2)
m2(v2B + v2A)(v2B – v2A) = m1(v1B + v1A)(v1B - v1A)
dengan cara sama, persamaan (***) dapat ditaat ulang untuk menghasilkan
m2(v2B - v2A) = m1(v1B – v1A)
Dengan membagi persamaan-persamaan diatas kita akan memperoleh
v2B + v2A = v1B + v1A
yang dapat ditulis
v2B - v1B = - (v2A - v1A)
kecepatan relatif v2-v1 adalah kecepatan benda 2 bila dilihat oleh benda . jika benda-benda bertumbukan, v2A - v1A harus negatif (andaikan benda 1 ada di kiri). Maka, - (v2A - v1A) adalahkelajuan saling mendekati antara kedua benda itu. Setelah tumbukan, benda-benda bergerak saling menjauhu, sehingga v2B - v1B haruslah positif. Ini adalah kelajuan menjauh setelah tumbukan. Sehingga persamaan ini menyatakan
untuk tumbukan elastik, kelajuan salingmenjauh relatif setelah tumbukan sama dengan kelajuan saling mendekat relatif sebelum tumbukan.

Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali (Tak Elastik)
Untuk tumbukan tak elastik sempurna, hubungan kedua antara kecepatan-kecepatan akhir adalah kedua kecepatan itusama dan juga sama dengan kecepatan pusat massa.

m1 v1 = m2 v2

v1 = v2 = Vcm
hasil ini bila digabungkan dengan kekekalan dengan kekekalan momwntum menghasilkan
(m1 + m2) Vcm = m1v1 + m2v2
Untuk kasus tumbukan yang khusus yang salah saatu bendanya mula-mula diam, kita dapat menghubungkan energi awal dan akhir dengan cara sederhana dengan menuliskan energi kinetik dalam momentum. Misalkan benda yang datang mempunyai massa m1 dan kecepataan v1 dan benda kedua yang mula-mula diam mempunyai massa m2. Momentum total sistem adalah momentum benda yang datang :
P = m1 v1
Energi kinetik awal adalah
Ek1 =
Setelah tumbukan, kedua benda bergerak bersama-sama sebagai partikel tunggal dengan massa m1 + m2 dan kecepatan Vcm. Karena momewntum bersifat kekela, momentum akhir sama dengan p. Dengan cara yang sama, energi kinetik akhir dapat ditulis sebagai kuadrat momentum dibagi dua kali massa, massa sekarang adalah m1 + m2. Jadi, enegi akhir adalah
Ek2 =
Dengan perbandingan persamaan diatas, jelaslah bahwa enrgi akhir lebih kecil dibandingkan energi awal. Rasio antara energi kinetik akhir dan energi kinetik awal adalah

Hasil ini hanya berlaku jika tumbukan bersifat tak elastik sempurna dan benda dengan massa m2 semula diam.
Tumbukan lenting sempurna dan tumbuka tak lenting sama sekali adalah dua kasus yagn ekstrem. Pada umumnya, sebagianbesar tumbukan berada di antara kedua ekstrem ini. Tumbukan ini disebut tumbukan lenting sebagian. Seabgai contoh, bola tenis atau bola kasti yang Anda lepaskan dari ketinggian h1 di atas lantai akan terpental setinggi h2, di mana h2, selalu lebih kecil daripada h1. Untuk menjelaskan jenis tumbukan lenting sebagian, Anda perlu mengenal dahulu koefisien restitusi.
Sewaktu membahas tumbukan lenting sempurna, kita peroleh
v2B - v1B = - (v2A - v1A)
= 1
Rasio inilah yang didefinisikan sebagai kioefisien restitusi
Koefisien restitusi (diberi lambang e) adalah negatif perbandingan antara kecepatan relatif sesaat tumbukan dengan kecpatan relatif sesaat sebelum tumbukan, untuk tumbukan satu dimensi.
seperti telah disebutkan bahwa sebagian besar tumbukan adalh tumbukan lenting sebagian, yaitu tumbukan yang berada diantara dua keadaan ekstrem tumbukan elastis dan tak elastis. Jelaslah bahwa pada tumbukan lenting sebagian, koefisien restitusinya adalah misanya dan e = 0,6.


1. Tumbukan lenting sempurna, berlaku :
a. Hukum kekekalan momentum
b. Hukum kekekalan energy mekanik
½ m1v12 + ½ m2v22 = ½ ½ m1v1'2 + ½ m2v2'2
c. Koefisien restitusi, e = 1
Dan persamaan kecepatan
2. Tumbukan lenting sebagian, berlaku :
a. Hukum kekekalan momentum
b. Tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetic, berarti ada energy yang hilang berubah menjadi kalor

c. Koefisien restitusi, 0 < e < 1
3. Tumbukan tidak lenting sama sekali,
a. Hukum kekekalan momentum
b. Energy kinetic tidak kekal
c. Koefisen restitusi, e = 0 sehingga v1’ = v2’ = v’ (kedua benda bersatu setelah tumbukan)
Dan persamaan kecepatan m1v1 + m2v2 = (m1 + m2) v’

TEKNIK PEMODELAN FISIKA
Menurut Winarno, (1986), metode pembelajaran yang menurut fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Metode dan teknik sering dipakai secara bergantian. Metode lebih bersifat procedural, sedangkan teknik lebih bersifat khusus (Subiyanto, 1988). Metode atau teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi atau model pembelajaran (Anita dan Nor Rahadi , 1988).
Tahapan teknik pemodelan fisika dapat terdiri dari : (1) pengamatan terhadap gejala peristiwa fisika, (2) pembuatan gambar gejala tersebut berdasarkan fakta hasil pengamatan (model gambar), (3) penalaran matematik untuk menurunkan rumus prediksi fisikanya (model matematik), dan (4) Pembuatan rancangan eksperimen untuk menguji rumus prediksi (,model eksperimen).
Menurut Alonso dan Finn, (1980), salah satu fisikawan dalam memahami suatu gejala fisika adalah menggunakan teknik pemodelan fisika. Model fisika adalah suatu struktur kajian (Soogimin, 2003) yang diusulkan berdasarkan fakta atau situasi dari gejala objek fisika yang sedang dipelajari dengan menggunakan hubungan-hubungan atau prinsip dasar fisika yang telah diketahui sebelumnya. Fisikawan menerapkan pemikiran logis deduktif terhadap model itu, dengan mengolah pemikirannya itu melalui penalaran matematik. Hasil akhir yang diperoleh bisa jadi sebagai suatu ramalan dan dapat berupa rumus prediksi serta dapat diubah menjadi rumus pengukuran (Hans, 1993), selanjutnya dapat dirancang pengujiannya melalui eksperimen.
Model fisika diperlukan dalam menjelaskan gejala peristiwa fisika, terutama gejala yang sulit teramati secara langsung atau kalaupun teramati namun selang waktukejadiannya sangat cepat atau terjadinya secara temporerdalam periodeyang lama (Druxes, 1986).
Metode pembelajaran merupakan cara tertentu yang digunakan seseorang guru dalam melakukan interaksi edukatif dengan siswanya.
Metode interaksi belajar mengajar biasa disingkat dengan sebutan Metode Pembelajaran. Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis Metode Pembelajaran yang sering dipakai dalam pemebelajaran Fisika. Metode-metode pembelajaran yang dipakai adalah :
1. Metode Ceramah,
Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung kepada siswa.
Kelebihan dari metode ceramah ini adalah;
a) Metode ini murah dan mudah dilakukan guru hanya dengan bermodalkan suara yang ada, guru dapat melaksanakannya
b) Materi yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu singkat, sedangkan materi yang sdikit dapat disampaikan guru dalam waktu agak panjang dengan berbagai contoh dan kaitannya dengan hal lain, di samping humor
c) Guru dapat menjelaskan dengan menonjolkan bagian-bagian materi yang dianggap penting
d) Melalui metode ini guru dapat dengan mudah mengusai kelas
e) Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih sederhana
Kekurangan dari metode ini antara lain ;
a. Terlalu sering mengunakan metode ini dapat membuat kebiasaan yang kurang baik, yaitu siswa selalu ingin diceramahi. Dengan demikian, siswa dibina sebagai penerima ninformasi saja, tidak dibiaskan mencari dan mengolah informasi, yang justru sering keterampilan dan kebiasaan ini lebih penting dari informasi itu sendiri
b. Informasi yang diceramahkan mudah usang atau ketinggalan sehubungan dengan abad peledakan informasi sekarang ini.
c. Apa yang diceramhkan guru adalah apa yang diingatnya pada waktu itu, sedangkan yang tidak diingat guru tidak mungkin dijelaskan
d. Siswa yang menerimanya tidak selalu baik apabila dihubungkan dengan pendengaran, siapa tahu ada yang pendengarannya sudah kurang atau guru yang menerangkan kurang jelas
e. Tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang tajam, sering terjadi dari apa yang dijelaskan guru, hanya tertangkap oleh siswa sebagian saja atau terjadi salah tangkap
f. Tidak gampang mengetahui apakah semua siswa telah mengetahui atau dapat mengikuti penjelasan atau ceramah yang dilakukan guru
g. Metode ini kurang merangsang pengembangan kreativitas dan keterampilan mengemukakan pendapat bagi siswa
h. Metode ini dapat menimbulkan verbalisme

2. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa tetapi dapat pula dari siswa kepada guru
Kelebihan dari metode ini adalah
a. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, bahkan siswa yang sedang ribut sekalipun, apabila guru melontarkan sebuah pertanyaan, biasanya keributan berubah menjadi tenang kembali, siswa yang mengantuk biasanya kembali tegar dan hilnag kantuknya
b. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir termasuk daya ingatnya
c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
d. Metode ini dapat mengetahui kemampuan berpikir siswa dan kesistematisannya dalam mengemukan pokok-pokok dalam jawabannya
e. Metode ini dapat mengetahui sampai sejauh mana penguasaan siswa tentang apa yang sedang dan atau telah dipelajarinya. Dengan demikian dapat pula dijadikan bahan intropeksi bagi guru dalam hal cara mengajar yang telah dilakukannya
f. Metode ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut.
Kekurangan metode ini antara lain:
a. Siswa sering merasa takut apalagi kalau guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani dengan menciptkan suasana yang tidak tegang dan akrab
b. Tidak mudah menbuat pertanyaan yang sesuai dengan tingtkat berpikir dan mudah dipahami siswa
c. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang
d. Guru masih tetap mendominasi proses belajar mengajar. Biasanya guru kurang terbuang, dalam arti ingin jawaban siswa selalu dengan keinginannya
e. Siswa yang tidak bisa atau salah menjawab belum tentu ia bodoh, siapa tau karena disebabkan oleh tergesa-gesa menjawab, kurang waktu untuk memikirkan atau kurang mempelajari yang telah dibahas
f. Apabila jumlah siswa puluhan tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa. Sering jawaban diborong oleh sejumlah kecil siswa yang menguasai dan senang bicara, sedangkan siswa yang lain tidak memikirkan

3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Kelebihan dari metode ini adalah;
a. Metode ini dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan kongkret. Dengan demikian dapat menimbulkan verbalisme
b. Siswa diharapkan lebih mudah dalam memahami pelajaran
c. Proses pengajaran akan lebih menarik
d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri
e. Melalui metode ini dapat disajikan materi pelajaran yang tidak mungkin atau kurang sesuai dengan menggunakan metode lain
Kekurangan dari metode ini adalah;
a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, kerena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan terlaksana secara efektif
b. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
c. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping sering memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain

4. Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yan dipelajari.
Kelebihan dari metode ini adalah;
a. Metode ini dapat membuat siswa lebih pecaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Dapat mengembangkam sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan
c. Dengan metode ini akan manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan seagai hasil percobaannya yang diharap dapat membawa manfaat
d. Hasil percobaan yang berharga yang ditemukan dari metode ini dapat memanfaatkan alam yang kaya ini untuk kemakmuran manusia.
e. Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain;
1) Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian.
2) Siswa terhindar jauh dari verbalisme
3) Memperkaya pengalaman dengan hal yang bersifat objektif dan realitis
4) Mengembangkan sikap berpikir ilmiah
5) Hasil belajar akan terjadi dalam untuk retensi dan internalisasi.
Kekurangan dari metode ini adalah ;
a. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang sains dan teknologi
b. Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu diperoleh dan murah
c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan
d. Hasil percobaan hanyalah usaha untuk mendekati kebenaran, bukanlah berupa kebenaran mutlak.
e. Dalam kehidupan tidak semua hal dapat dijadikan meteri percobaan
f. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
g. Sangat menuntut pengusaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir

5. Metode Penugasan
Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Kelebihan dari metode ini adalah;
a. Metode ini merupakan aplikasi prinsip pengajaran modern, prinsip atau disebut juga asas “aktivitas” dalam mengajar, yaitu guru dalam mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan sehubungan dengan apa yang dipelajari
b. Tugas lebih merangsang siswa untuk belajar lebih banyak, baik pada waktu di dalam kelas maupun di luar kelas, atau dengan kata lain baik siswa dekat dengan guru maupun jauh dari guru
c. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan dalam kehidupannya kelak
d. Tugas dapat lebih menyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya, atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari
e. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. Hal ini diperlukan sehubungan dengan abad informasi dan komunikasi yang maju sedemian pesat dan cepat
f. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan-kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan
g. Metode ini diharapkan dapt membawa efek instruksional apabila dilsakukan siswa di dalam kelas, lebih lagi efek pengiring untuk tugas di dalam kelas maupun di luar kelas
h. Metode ini dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
i. Metode ini dapat mengembangkan kreatifitas siswa
Kekurangan dari metode adalah;
a. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain
b. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan adalah anggota tertentu saja. Sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi
c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa
d. Sering memberikan tugas yang monoton menimbulkan kebosanan siswa
e. Pemberian tugas yang terlalu sering dan banyak, apabila tidak disertai dengan penilaian tersendiri menjadi beban dan keluhan siswa

6. Metode Drill
Metode drill adalah suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu.
Kelebihan dari metode ini ;
a. Pemahaman siswa dapat meluas dengan latihan berulang-ulang
b. Siswa siap menggunakan keterampilannya karena sudah terbiasa
c. Cocok digunkaan untuk kecakapan motoris
d. Cocok digunakan untuk kecakapan mental
Adapun kelemahannya antara lain;
a. Siswa cenderung belajar secara mekanis
b. Dapat menimbulkan kebosanan
c. Dapat mematikan kreativitas siswa
d. Dapat menimbulkan verbalisme

MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (MPL)
Salah satu model pembelajaran fisika adalah dengan metode pengajaran langsung (Direct Instruction). Adapun metode pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran di mana siswa belajar secara langsung dari demonstrasi guru untuk mencapai hasil belajar pengetahuan deklaratif dan keteampilan procedural. Landasan yangdipakai model DI ini adalah dengan Teori belajar perilaku-sosial oleh Bandura dan Dewewy yang menekankan pada hakikat perilaku sosial dari pembelajaran. Adapun hasil belajar siswa melalui pengajaran DI adalah berupa pengetahuan deklaratif dan keterampilan procedural. Contoh dari pengetahuan deklaratif antara lain ; menyebutkan bagian-bagian, menyebutkan cirri-ciri, menyebutkan faktor-faktor, menyebutkan langkah-langkah, menyebutkan definisi, dll. Kemudian contoh dari keterampilan procedural antara lain ; menggunakan alat, menurunkan rumus, menggambarkan gejala, merangkai peralatan, melakukan percobaan, dll.
Model pengajaran langsung (DI) ini juga mempunyai fase-fase pengajaran seperti berikut :
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi
b. Mendemontrasikan pengetahuan / keterampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik (pernyataan motivasi, seperti pujian dan sanjungan)
e. Memberi pelatihan lanjutan dan penerapan
Belajar dengan model pembelajaran DI dinilai sangat tepat, karena lingkungan belajar yang bisa disetting dan terstruktur secara ketat dan berpusat pada guru serta sesuai dengan Prinsip-Prinsip Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), terutama prinsip Modelling. Faktor-faktor inilah yang menjadi nilai plus untuk model pembelajaran DI, selain karena model ini juga didasari oleh pengidolaan terhadap guru.

PENUTUP
Berdasarkan uraian berpikir di atas, maka strategi pengajaran yang sesuai untuk mengajarkan Impuls-Momemtum pada tingkat SMA sederajat dapat dirancang dengan menerapkan metode ceramah, demonstrasi, dan drill dalam setting model pengajaran langsung (MPL) seperti pada uraian RPP di bawah ini.

CCl4 ?

1. Mengapa CCl4 lebih mudah digunakakn untuk memisahkan I2 dan KI dari pada air ?
2. Manfaat pemisahan dan pemurnian ?
3. Apa yang dapat dipisahkan dalam proses destilasi ?

Jawab
1. CCl4 memiliki kemampuan lebih besar dalam melarutkan I2, kemampuannya melarutkan I2-nya lebih besar dibandingkan KI sehingga I2 lebih banyak ditarik oleh CCl4 merupakan pelarut yang bersifat nonpolar, sedangkan air itu bersifat polar. Dalam hal ini I2 juga termasuk larutan yang bersifat nonpolarsehingga untuk memudahkan proses pemisahan ini menggunhakan pelarut CCl4.
2. Manfaat pemisahan dan pemurnian adalah dalam pembuatan garam. Dimana garam dibuat berdasarkan teknik pemisahan dan pemurnian yaitu destilasi yang dapat digunakan untuk memisahkan air laut dengan zat garam yang ada pada air laut tersebut sehingga dihasilkan garam yang dapat kita gunakan untuk keperluan memasak. Karena tidak mungkin kita menggunakan air laut jika kita ingin memasak makanan didapur atau pada saat ingin membuat kue, dan inilah salah manfaat pemisahan dan pemurnian dalam kehidupan.
3. Dalam proses destilasi, pada dasarnya yang dipisahkan itu adalah pelarut dan zat yang terlarut pada larutan itu. Dan berdasarkan percobaan ini, destilasi yang digunakan adalah larutan teh pekat yang merupakan campuran antara teh sebagai zat terlarut dan air sebagai pelarutnya. Teh sukar menguap pada saat air mendidih (100ยบ), sedangkan air dapat menguap saat dipanaskan. Prinsip inilah yang mendasari proses destilasi pada percobaan kali ini. Sehingga dari percobaan ini diketahui, dalam destilasi yang dapat dipisahkan itu adalah pelarut dan zat terlarutnya.

PERKEMBANGAN AFEKTIF

A. Perkembangan Emosi
Perilaku seseorang dan munculnya berbagai kebutuhan disebabkan pleh berbagai dorongan dan minat. Perjalanan kehidupan tiap-tiap orang tidak selalu sama. Kehidupan mereka masing-masing berjalan menurut polanya sendiri-sendiri.

1. Pengertian Emosi
Perasaan senang atau tidak senang yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna afektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi (Sarlito, 1982 : 59). Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Tetapi perbedaan antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas, tidak jelas batasnya.

2. Karakteristik Perkembngan Emosi
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada macam dan deajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
a. Cinta / kasih sayang
Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya. Perasaan ini dapat disembunyikan.
b. Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya belangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau ia jatuh cinta.
c. Kemarahan dan permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minatnya sendiri.
d. Ketakutan dan kecemasan
Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja. Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat hidup tanpa rasa takut.
Menurut Biehler (1972) ciri-ciri emosional remaja terbagi menjadi 2 :
Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun :
1) Banyak murung dan tidak dapat diterka
2) Bertingkah laku kasar
3) Ledakan kemarahan
4) Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri
5) Mulai mengamati orang tua dan guru-guru secara lebih objektif
Ciri-ciri emosional remaja berusia 15-18 tahun :
1) Pemberontakan
2) Mengalami konflik dengan orang tua mereka
3) Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 960 : 266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain :
1) Belajar dengan cara coba-coba
Lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal, dibandingkan sesudahnya.
2) Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
3) Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
4) Belajar melalui pengkondisian
Dilakukan dengan cara asosiasi, setelah melewati masa kanak-kanak,. Penggunaan metode ini semakin terbatas pada perkembangan masa suka dan tidak suka.
5) Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasa, terbatas pada aspek reaksi
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Banyak kondisi-kondisi sehubungan dengan pertumbuhan anak sendiri dalam hubungannya dengan orang lain yang membawa perubahan-perubahan untuk menyatakan emosi-emosinya ketika ia merasa remaja. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa atau keseluruhan latar belakang pengalaman berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.

4. Hubunga Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Seseorang yang tidak mudah terganggu emosinya cenderung mempunyai pencernaan yang baik. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Sikap malu-malu, takut atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi tertentu. Rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar dan rangsangan yang menyenangkan akan mempermudah siswa belajar.
5. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Dalam perkembangan emosi terdapat dalam segi frekuensi, intensitas, serta jangka waktu dari berbagai macam emosi, dan juga saat pemunculannya. Perbedaan ini terlihat mulai sebelum masa bayi berakhir. Ekspresi emosional anak-anak, berbeda-beda disebabkan oleh keadaan fisik anak, taraf intelektual dan kondisi lingkungan.

6. Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya ddalam Penyelenggaraan Pendidikan
Emosi remaja awal cenderung banyak melamun dan sulit diterka, cara yang dapat dilkukan guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Untuk mengatasi ledakan kemarahan kita dapat mengubah pokok pembicaraan dan memulai aktivitas baru. Cara yang paling baik untuk menghadapi pemberontakan para remaja adalah mencoba untuk mengerti mereka dan melakukan sagala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa berhasil berprestasi dalam bidang yang diajarkan.

B. Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
1. Pengertian dan Saling Keterkaitan Antara Nilai, Moral, Sikap serta Pengaruh terhadap Tingkah Laku
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun. Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Moral merupakan control dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Menurut Gerung, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal.
Keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Nilai-nilai perlu dikenal terlebih dulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan berwujud tingkah laku.

2. Karakteristik Nilai, Moral, dan Sikap Remaja
Ada tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu tingkat :
I Prakonvensional
II Konvensional
III Post-konvensional
Tingkat I ; Prakonvensional
Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman
Pada stadium 2, Berlaku prinsip Relativistik-Hedonism. Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistik). Mereka bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi.
Tingkat II : Konvensional
Stadium 3, orientasi mengenai anak yang baik, anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain.
Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas.
Tingkat III : Pasca - Konvensional
Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial, hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat.
Stadium 6. Tahap ini disebut prinsip universal, pada tahap ini ada norma etik disamping norma pribadi dan subjektif. Ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang peranan penting, yang sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah laku yang sesuai.
Para sosiolog berangapan bahwa masyarakat sendiri mempunyai peran penting dalam pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya.
Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak. Moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh Piaget.

4. Perbedaan individual dalam Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Penngertian moral dan nilai pada anak-anak umur sepuluh atau sebelas tahun berbeda dengan anak-anak yang lebih tua. Pengertian mengenal aspek moral pada anak-anak lebih besar, lebih lentur dan nisbi. Untuk sebagian remaja serta orang dewasa yang penalarannya terhambat atau kurang berkembang, tahap perkembangan moralnya ada pada tahap prakonvensional.
Menurut Kohlberg, faktor kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan moral, terdapat berbagai rangsangan yang diterima oleh anak-anak dan ini mempengaruhi tempo perkembangan moral. Dalam kenyataan sehari-hari selalu saja ada gradasi dalam intensitas penghayatan dan pengamalan individu mengenai nilai-nilai tertentu, apa pun nilai tersebut. Perbedaan-perbedaan individual dalam pemahaman nilai-nilai dan moral sabagai pendukung sikap dan perilakunya. Jadi mungkin terjadi individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral, dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan padanya.

5. Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja serta Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Proses yang dilalui seseorang dalam pengembangan hidup tertentu adalah sebuah proses yang belum seluruhnya dipahami oleh para ahli (Surakhmad, 1980 : 17). Tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti yang diharapkan, maka kita dihadapkan dalam masalah pembinaan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja adalah :
a. Menciptakan Komunikasi
Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak-anak harus dirangsang supaya lebih aktif. Di sekolah para remaja hendaknya diberi kesempatan berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral misalnya dalam kerja kelompok.
b. Mencitakan Iklim Lingkungan yang Serasi
Usaha pengembangan tingkah laku yang merupakan pencerminan nilai hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual semata-mata tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif dimana faktor-faktor lingkungan itu sendiri, merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai tersebut. Lingkungan sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan pembina yaitu orang tua dan guru.
Bahwa satu lingkungan yang lebih banyak bersifat mengaja, mengundang, atau memberi kesempatan, akan lebih efektif daripada lingkungan yang ditandai dengan larangan-larangan dan peraturan-peraturan yang serba membatasi.

Sistem dan Struktur Organisasi Sekolah

2.1 Sistem
A. Pengertian Sistem
Sistem dapat didefinisikan sebagai seperangkat objek dengan hubungan-hubungan antara objek dan hubungan antar atributnya. Dengan kata lain, sistem adalah suatu kesatuan utuh yang terjalin dari :
1. Sejumlah bagian,
2. Hubungan bagian-bagian, dan
3. Atribut dari bagian-bagian itu maupun dari hubungan itu.
Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “system” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
Sedang menurut beberapa ahli pengertian sistem adalah sebagai berikut :
 Menurut Ludwig Von Bartalanfy => Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatuantar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.
 Menurut Anatol Raporot => Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.
 Menurut L. Ackof => Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yangterdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.
Istilah sistem dapat digunakan untuk mengacu kepada jaringan yang luas, mulai dari satuan terkecil sampai seluruh alam semesta. Semua sistem mempunyai keunikan sifat yang memungkinkan sistem-sistem itu dapat dibedakan dari yang lain, walaupun dengan yang sangat serupa dan dapat dibedakan dari lingkungannya.
B. Jenis Dasar Sistem
Ada dua jenis dasar sistem, yaitu :
1. Sistem terbuka adalah sistem yang mengadakan pertukaran masalah dan energi dengan lingkungannya.
2. Sistem tertutup bersifat self-containes dan tidak berpengaruh oleh sistem lain atau lingkungannya.
Masalah ”keterbukaan” dan ”ketertutupan” sistem bukanlah proporsi yang sederhana. Kualitas yang unik dari sistem terbuka adalah kemampuannya menghalangi kecenderungan entropi. Akan tetapi sistem terbuka dapat mengurangi entropi hanya melalui bekerja, yang harus menyalurkan sumber energi lain. Kecenderungan entropi itu konstan dan memerlukan perhatian yang berkesinambungan agar dapat memelihara dan memperbaiki kehidupan sistem itu. Semua sistem mempunyai subsistem yang dapat didefinisikan sebagai sistem sendiri.
Masalahnya adalah bahwa karena suatu sistem misalnya suatu sekolah mempunyai sifat ”terbuka” tidak berarti bahwa sistem itu tetap atau tetap akan berfungsi dinamis atau memberikan kontribusi secara maksimal. Untuk menjadi terbuka secara maksimal, berarti suatu upaya yang sadar pada sistem itu untuk memaksimumkan baik eksistensinya maupun hubungan dengan lingkungannya. Kunci eksistensi semua sistem terbuka adalah pertumbuhan dan perkembangan sistem itu dari keadaan permulaan yang primitif dan embrionik kepada keadaan fungsionalitas yang matang, aturan yang meningkat, diferensiasi, variasi dan keadaan kompleks. Ketika sistem terbuka itu melibatkan dan menarik sumbernya sendiri dari lingkungannya, eksistensi dinamissistem itu dan konstribusinya kepada dirinya sendiri dan kepada lingkungannya meningkat. Evolusi semacam itu menjamin keterbukaan melalui kegiatan sistem.
Dalam pengertian dasar sistem terbuka ada beberapa implikasi bagi administrator pendidikan dan tugasnya. Yang pertama dan yang paling penting adalah ide bahwa suatu sistem lebih dari sekedar bagian-bagian yang dapat dirumuskan. Bagian-bagian dari sistem adalah sebagai berikut :
a. Hubungan antara bagian-bagiannya
b. Atribut bagian-bagiannya dan hubungan-hubungannya
Oleh karena itu, sistem merupakan kesatuan (entity) yang komplek dengan dimensi yang kuantatif. Agar dapat memahami atau bekerja dengan suatu sistem, seorang harus mengetahui komponen-komponen sistem itu sendiri serta bagaimana komponen-komponen ini berhubungan secara fungsional dan memahami aspek-aspek kualitatif komponen-komponen itu dan saling ketergantungan.
Sistem agar dapat melanjutkan fungsinya atau meningkatkan keefektifannya harus secara konstan dan secara sadar memberantas kecenderungan alamiah sistem kearah entropi ata kematian. Seseorang yang mempunyai posisi yang penting seperti administrator pendidikan harus menangani berbagai sistem yang baik yang mandiri maupun yang saling bergantung. Administrator pendidikan berkecimpung dengan sistem staf, sistem siswa, sistem transfortasi, sistem fasilitas, sistem pengajaran, dan bahkan sistem pendidikan. Administrator tidak hanya harus memahami dan melibatkan diri ke dalam kegiatan sistem semacam itu dalam pekerjaannya, tetapi juga harus memaksimumkan efek dari semua sistem ini pada pelajar sehingga sekolah dapat memenuhi fungsinya. (Sudjana, 1989 : 231)
2.2 Struktur Organisasi
A. Macam-macam Struktur Organisasi
Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran yakni yang lebih cenderung ke arah sentralisasi mutlak dan yang lebih mendekati disentralisasi tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya, struktur campuran inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi bangsanya.
1. Struktur Sentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di jalankan secara sentra, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat pemerintahanmaka pemerintah daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian dalam administrasi apapun.
Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan pendidikan, dari menentukan kebijakan (poliey) dan perencanaan, penentuan struktur dan syarat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekola, penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan penyelenggaraan ujian-ujian, dan sebagainya. Semuanya ditentukan dan ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan tradiional semata-mata.
Sesuai dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini, kepala sekolah dan guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi dari pusat yang diterimanya melalui hierarchi atasannya.
Dalam sistem sentralisasi semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah keharusan adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, teutama di sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis.
Adapun keburukan/keberatan yang prinsipal ialah :
a. Bahwa administrasi yang demikian cenderung kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis. Menyebabkab para pelaksana pendidikan, baik para pengawas maupun kepala sekolah serta guru-guru menjadi orang-orang yang pasif dan bekerja secara rutin dan tradisional belaka.
b. Organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku dan seret, disebabkan oleh garis-garis komunikasi antara sekolah dan pusat sangat panjang dan berbelit-belit, sehingga kelancaran penyelesaian persoalan-persoalan kurang dapat terjamin.
c. Karena terlalu banyak kekuasaan dan pengawasan sentral, imbul penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan mengakibatkan uniformalitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan, yang biasanya hanya mampu untuk sekedar hanya membawa hasil-hasil pendidikan yang sedang atau sedikit saja.
2. Struktur Desentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjad tanggung jawab pemerintah daerah dan rakyat setempat. Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah pun berada sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah.
Kemudian pemerintah daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya kepada daerah yang lebih kecil lagi, seperti kabupaten/kotapraja, distrik, kecammatan dan seterusnya dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai dengan kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-msing. Tiap daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-guru pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian serta pemeliharaan gedung sekolah.
Dengan struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara desentralisasi seperti ini, kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang guru kepala, tetapu seorang pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang icapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsungterhadap pemerintahan dan masyarakat awasan dan social-control yang langsung dari pemerintahan dan masyarakat setempat. Hal ini disebabkab karena kepala sekolah dan guru-guru adalah petugas-petugas atau karyawan-karyawan pendidik yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.
Tentu saja, sistem desentralisasi yang ekstrim seperti ini ada kebaikan dan keburukannya. Beberpa kebaikan yang mungkin terjadi ialah :
a. Pendidkan dan pengajaran dapat disesuaikan dengan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
b. Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara daerah atau wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk menyelenggarakan sekolah dan pendidikan yang baik.
c. Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas-petugas pendidikan yang lain akan bekerja dengan baik dan bersungguh-sungguh karena dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah da masyarakat setempat.
Adapun keburukannya adalah sebagai berikut :
a. Karena otonomi yang sangat luas, kemungkinan program pendidikan diseluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini akan menimbulkan perpecahan bangsa.
b. Hasil pendidikan dan pengajaran tiap-tiap daerah atau wilayah sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat maupun jenisnya, sehngga menyulitkan bagi pribadi murid dalam mempraktekkan pengetahuan atau kecakapannya dikemudian hari di dalam masyarakat yang lebih luas.
c. Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas pendidikan lainnya cenderung untuk menjadi karyawan-karyawan yang materialistis, sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada karyawan-karyawan yang bukan guru.
d. Penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan yang diserahkan kepada daerah atau wilayah itu mungkin akan sangat memberatkan beban mayarakat setempat.
(Ngalim Purwanto, 1991:26-27)
B. Unsur dalam Struktur Organisasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
1. Menteri
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan pembantu presiden dalam mengelola sistem pendidikan nasional.
Tugas pokok menteri adalah :
a. Memimpin departemen sesuai dengan tugas pokok yang telah digariskan pemerintah dan membina aparatur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan agar berdaya guna dan berhasil guna.
b. Menentukan kebijaksanaan pelaksanaan bidang pemerintahan yang secara fungsional menjadi tanggung jawabnya sesuai kebijaksanaan umum yang telah ditetapkan presiden.
c. Membina dan melaksanakan kerja sama dengan departemen, instansi, dan organisasi lainnya dalam usaha pengelolaan sistem pendidikan nasional.
2. Sekretariat Jenderal
Tugas pokok sekretariat jenderal diatur dalam keputusan menteri pendidkan dan kebudayaan No. 0172/0/1983.
Tugas pokok sekretariat jenderal adalah menyelenggarakan pembinaan adminintrasi, organisasi, dan ketatalaksanaan terhadap seluruh unsur di lingkungan Depdikbud serta memberikan layanan teknis dan administratif kepada menteri, inspektorat jenderal, dan unit organisasi lainnya di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok departemen.
Sekretariat jenderal terdiri dari 8 Biro, yaitu:
a. Biro Tata Usaha
b. Biro Perencanaan
c. Biro Kepegawaian
d. Biro Keuangan
e. Biro Perlengkapan
f. Biro Hukum dan Humas
g. Biro Kerjasama Luar Negeri
h. Biro Organisasi
( Abdul Gaffar Mutiara, 2003 : 31)
3. Inspektorat Jenderal
Tugas pokok inspektorat jenderal diatur dalam keputusan Mendikbud No. 0145/0/1979. Inspektorat jenderal merupakan satuan pengawasan yang dipimpin oleh inspektur jenderal.
Tugas pokok inspektur jenderal adalah melakuakn pengawasan dalam lingkungan departemen terhadap pelaksanaan tugas, baik tugas yang bersifat rutin maupun tugas pembangunan.
Inspektorat jenderal terdiri dari 9 unit, yaitu :
a. Sekretariat Inspektorat Jenderal
b. Inspektorat Kepegawaian
c. Inspektorat Keuangan
d. Inspektorat Perlengkapan
e. Inspektorat Dikdasmen
f. Inspektorat Dikti
g. Inspektorat Diklusepora
h. Inspektorat Proyek Pembangunan.
( Abdul Gaffar Mutiara, 2003 : 31)
4. Direktorat Jenderal Pendidikan
Organisasi dan tata kerja direktorat jenderal diatur melalui keputusan Mendikbud RI No. 0222b/0/1980.
Tugas pokok direktorat jenderal adalah menyelenggarakan sebagian tugas pokok departemen di bidang pendidikan dasar dan menengah berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan menteri.
Inspektorat jenderal terdiri dari 9 Unit, yaitu :
a. Sekretariat Inspektorat Jenderal
b. Inspektorat Kepegawaian
c. Inspektorat Keuangan
d. Inspektorat Perlengkapan
e. Inspektorat Dikdasmen
f. Inspektorat Dikti
g. Inspektorat Diklusepora
h. Inspektorat Proyek Pembangunan
( Abdul Gaffar Mutiara, 2003 : 31)


5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Tugas pokok Direktorat Pendidikan Tinggi diatur dalam keputusan Mendikbud No. 0222e/0/1986.
Direktorat jenderal pendidikan tinggi mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas departemen di bidang pendidikan tinggi berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh menteri.
Dirjen Dikti dari 5 unit, yaitu :
a. Sekretariat
b. Direktorat Pembinaan Sarana Akademik
c. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
d. Direktorat Perguruan Tinggi Swasta
e. Direktorat Kemahasiswaan.
( Abdul Gaffar Mutiara, 2003 : 32)
6. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga
Tugas pokok Direktorat ini diatur dalam keputusan Mendikbud No. 0222d/0/1980.
Salah satu tugas pokok direktorat jenderal pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga adalah:
a. Merumuskan dan melaksanakan kebijksanaan teknis, memberikan bimbingan dan pembinaan serta memberikan perizinan di bidang pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Melaksanakan pembinaan pendidikan luar sekolah, pemuda, olahraga sesuai dengan tugas pokok direktorat jenderal dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Melaksanakan pengaman teknis atas pelaksanaan tugas pokoknya sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ditjen Diklusepora terdiri dari 5 unit, yaitu :
a. Sekretariat
b. Direktorat Pendidikan Masyrakat
c. Direktorat Keolahragaan
d. Direktorat Pembinaan Generasi Muda
e. Direktorat Pembinaan Tenaga Teknis
( Abdul Gaffar Mutiara, 2003 : 33)
7. Direktorat Jenderal Kebudayaan
Tugas Direktorat ini diatur dalam keputusan Mendikbud No. 0222e/0/1980. Tugas pokok Dirjen Kebudayaan diantaranya adalah :
a. Merumuskan kebijaksanaan teknis, memberikan bimbingan dan pembinaan, serta memberikan perizinan di bidang kebudayaan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Melaksanakan pembinaan kebudayaan sesuai dengan tugas pokok Dirjen dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Melaksanakan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas Dirjen sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
Tugas pokok badan ini diatur dalam Keputusan Mendikbud No. 0222f/0/1980.
Badan ini mempunyai fungsi, salah satunya ialah mengkoordinasi dan membina penelitian pendidikan dan kebudayaan, pengembangan kurikulum, pengembangan inovasi, pengembangan pengelolaan dan sarana pendidikan.
9. Pusat-Pusat di Bidang Khusus
Tugas pokok pusat-pusat ini diatur dalam keputusan Mendikbud No. 0222g/0/1980. Beberapa pusat khusus yang berada langsung di bawah Mendikbud ialah :
a. Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, mempunyai tugas melaksanakan, mengkoordinassikan, dan membina pendidikan dan latihan pegawai berdasaikan kebijaksanaan yang ditetapkan Mendikbud.
b. Pusat pembinaan perpustakaan yang bertugas melaksanakan pembinaan perpustakaan berdasarkan kebijaksanaan Mendikbud.
c. Pusat Kesearan Jasmani/ Rekreasi, mempunyai tugas melaksanakan dan membina penelitian dan pengembangan kesegaran jasmani dan rekreasi berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan menteri.
d. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, mempunyai tugas melaksanakan penelitian.
e. Pusat Penelitin Arkeologo Nasional, mempunyai tugas melaksanakan pembinaan penelitian di bidang Arkeologi.
f. Pusat Teknologi Komunikasi dan Kebudayaan bertugas melaksanakan, mengkoordinasikan,dan membina kegiatan di bidang teknologi komunikasi pendidikan dan kebudayaan.
g. Pusat Grafika Indonesia, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pendidikan dan latihan Grafika dan memberikan bimbingan kearah pengembangan keahlian dan keterampilan Grafika, di luar hubungan sekolah.
10. Struktur Organisasi Vertikal Departeman Pendidikan dan Kebudayaan
Secara keseluruhan tugas pokok instansi vertikal departemen pendidikan dan kebudayaan diatur dalam kepitusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0173/0/1983.
Struktur organisasi ini terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu;
a. Tingkat Provinsi
b. Tingkat Kabupaten/ Kotamadya
c. Tingkat Kecamatan
d. Tingkat Sekolah.
(Soetjipto dan Kosasi, 2004 : 208-222)
C. Organisasi Sekolah
1. Pentingnya Organisasi Sekolah
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalanka penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yng telah ditentukan. Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, dan apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pegawai tata usaha).
Dengan organisasi yang baik dapt dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebuhan atau otoriter. Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Oganisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di daam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh dilupakan.
2. Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun Organisasi Sekolah
a. Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan atas :
 Sekolah Dasar (SD)
 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
 Perguruan Tinggi
Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda antara anak tingkat yang satu dengan tingka berikutnya. Contohnya : di sekolah dasar biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan (Guidance and Conseling) sebab masalah ini merupakan tugas rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini yang memegang adalah pemerintah dan Departemen P dan K tidak atau belum mengangkat seorang pembimbing khusus bagi sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intaa Sekolah (OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidkan, penelitian dan pengabdian dan masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin bervariasi susunan organisasinya.
b. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum dan sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang program pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utam untuk melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan atau keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat langsung memasuki dunia kerja falam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan tujuan) yang hendak dicapai maka struktur organisasi sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai berikut :
 Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedngkan pad sekolah umum tidak.
 Pada sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.
c. Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah mirid, jumlah kelas, jumlah tenaga guru, dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat minimal dari ketentuan yang berlaku.
Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya sekolah yang bersangkutan. Dengan begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur organisasi sekolah karena makin besar jumlah murid tentu saja semakin beraneka ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.
d. Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan aan mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan pertama yang kini mulai didirikan hampir di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan programnya tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di kota apalagi di kota besar. Ada kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan lebih berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada hubungan yang lebih akrab diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani, masyrakat nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain. Perhatikan kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti menun jukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya dalam penyusunan struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu diperhatikan.
3. Contoh Susunan Organisasi Sekolah
Peranan dari masing-masing struktur organisasi sekolah diatas antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah, berperan dalam dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator (EMASLIM).
Dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.
a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator
Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Fungsi kepala sekolah sebagai edukator adalah menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada tenaga kependidikan serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar anak didik dapat dideskripsikan sebagai berikut :
• Mengikutsertakan para guru dalam penataran atau pelatihan untuk menambah wawasannya; memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
• Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik agar giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.
• Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara memotivasi.
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya. Kepala sekolah mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik, konseptual, harus senantiasa berusaha menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah, dan mengambil keputusan yang memuaskan stakeholders sekolah. Memberikan peluang kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan secara persuasif dan dari hati ke hati.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui persaingan yang membuahkan kerja sama (cooperation), memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas ke dalam tugas-tugas operasional.

d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.
e. Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang:
 jujur,
 percaya diri,
 tanggung jawab,
 berani mengambil resiko dan keputusan,
 berjiwa besar,
 emosi yang stabil, dan
 teladan.
f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga kependidikan dan mengembangkan modelmodel pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.

g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).
h. Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal terjadi apabila jabatan atau otoritas formal dalam organisasi diisi oleh orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi ketika kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan khusus yang dimiliki atau sumber daya yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan anggota organisasi.
Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah harus didasarkan atas prosedur dan peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan tersebut dirancang dan ditentukan oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya manusia. Dalam hal ini perlu ada kerjasama dengan unit yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah.
Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan; secara hirarki mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan; dan mempunyai hak kepangkatan, gaji dan karier.
2. Komite Sekolah, berperan dalam membina dan menghimpun potensi warga sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.
3. Kepala Urusan Tata Usaha, berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian data/statistik sekolah, mengkoordinasikan dan melaksanakan K6, membuat laporan kegiatan tata usaha.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, berperan dalam menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria kenaikan/ketidaknaikan/kelulusan, mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba akademis, dan MGMP.
5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, berperan dalam menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, melaksanakan koordinasi K6, pemilihan siswa teladan/penerima beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat laporan kegiatan kesiswaan secara berkala.
6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana, berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana, mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala
7. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, berperan dalam mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/wali siswa, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah, lembaga dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.
8. Koordinator BP, berperan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa/ siswi, mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan siswa/ siswi pada asaat proses belajar mengajar berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan : kesehatan jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan yang lebih luas.
9. Dewan guru, berperan dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa dan siswi melalui proses belajar mengajar di sekolah serta berperan dalam pembentukan kepribadian setiap siswa dan siswi

Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling

Orientasi yang dimaksud di sini ialah “pusat perhatian” atau “titik berat pandangan”. Misalnya, seseorang yang berorientasi ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menitikbertakan pandangan atau memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung rugi yang dapat ditimbulkan oleh pergaulan yang diadakan dengan orang lain; sedangkan orang yang berorientasi agama akan melihat pergaulan itu sebagai lapangan tempat dilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama(Prayitno dan Amti, 2004: 234).
Adapun hal yang menjadi titik berat pandangan atau pusat perhatian konselor atau guru pembimbing terhadap kliennya, itulah orientasi bimbingan dan konseling yang menjadi pokok pembicaraan pada makalah ini.
Mengingat keadaan peserta didik yang nampaknya memiliki cukup banyak masalah, kiranya perlu adanya orientasi baru bimbingan dan konseling yang bersifat pengembangan atau developmental dan pencegahan atau preventif. Dalam hal ini, Sofyan. S. Willis (2004) mengemukakan landasan-landasan filosofis dari orientasi baru bimbingan dan konseling, yaitu:

1.Pedagogis
Ini berarti menciptakan kondisi sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik dengan memperhatikan perbedaan individual diantara peserta didik. Landasan pedagogis mengemukakan bahwa bimbingan merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang amat penting dalam upaya untuk memberikan bantuan (pemecahan-pemecahan masalah) motivasi agar peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

2. Potensial
Ini berarti setiap peserta didik adalah individu yang memiliki potensi untuk dikembangkan, sedangkan kelemahannya secara berangsur-angsur akan diatasinya sendiri.

3. Humanistik-religius
Ini berarti pendekatan terhadap peserta didik haruslah manusiawi dengan landasan ketuhanan. peserta didik sebagai manusia dianggap sanggup mengembangkan diri dan potensinya.

4. Profesional
Ini berarti proses bimbingan dan konseling harus dilakukan secara profesional atas dasar filosofis, teoritis, yang berpengetahuan dan berketerampilan berbagi teknik bimbingan dan konseling.

Dengan adanya orientasi baru ini, bukan berarti upaya-upaya bimbingan dan konseling yang bersifat klinis ditiadakan, tetapi upaya pemberian layanan bimbingan dan konseling lebih dikedepankan dan diutamakan yang bersifat pengembangan dan pencegahan. Dengan demikian, kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah akan lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh peserta didik, tidak hanya bagi peserta didik yang bermasalah saja. (sarkomkar.blogspot.com)
Layanan bimbingan dan konseling perlu memiliki orientasi tertentu. Menurut Humphreys dan Traxler(1954) sikap dasar pekerjaan bimbingan itu ialah bahwa individual merupakan suatu hal yang sangat penting.
Dalam kurikulum 1975 tentang Pedoman bimbingan dan Penyuluhan Buku III C(1976:5) dinyatakan bahwa:
Bimbingan di SMA merupakan bantuan khusus yang diberikan kepada siswa SMA dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkiann dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahkan diri, dan bertindak, serta bersikap sesuatu dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Pengertian di atas menekankan bahwa layangan bimbingan hendaknya berfokuskan/berorientasikan pada perkembangan individu. Dari segi lain, Prayitno(1982) menyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling harus berpusat/berorientasi pada masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan istilah lain disebutkan asas kekinian. Ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling harus berorientasikan pada masalah-masalah yang dihadapi oleh klien pada saat ia berkonsultasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas Soetjipto dan Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruan (2007) menyimpulkan bahwa layanan bimbingan dan konseling hendaknya menekankan pada orientasi individual, perkembangan dan masalah. Senada dengan hal ini, Prayitno dan Amti dalam bukunya Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling(2004) orientasi bimbingan dan konseling ada tiga yaitu orientasi perseorangan, perkembangan, dan permasalahan. Berikut diuraikan ketiga orientasi tersebut.

1. Orientasi Perseorangan
Misalnya seorang konselor memasuki sebuah kelas; di dalam kelas itu ada sejumlah orang siswa. Apakah yang menjadi titik berat pandangan berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu siswa-siswa yang hendaknya memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Semua siswa itu secara keseluruhan ataukah masing-masing siswa seorang demi seorang? “Orientasi perseorangan” bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara individual. Satu per satu siswa perlu mendapat perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditunjukkan kepada masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan(kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan.
Berkenaan dengan isu”kelompok” dan “individu”,konselor memilih individu sebagai titk berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kebahagiaan individu, dan bukan sebaliknya.
Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok; dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya dengan hubungan timbal balik yang wajar antarindividu dan kelompoknya. Kepentingan kelompok dalam arti misalnya keharuman nama dan citra kelompok, kesetiaan kepada kelompok, kesejahteraan kelompok, dan lain-lain, tidak akan terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan kebahagiaan individu yang menjadi anggota kelompok itu. Kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaan individu. Apabila secara individual para anggota kelompok itu dapat terpenuhi kepentingannya dan merasa bahagia dapat diharapkan kepentingan kelompok pun akan terpenuhi pula. Lebih-lebih lagi, pelayanan bimbingan dan konseling yang berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam kelompok sepanjang nilai-nilai itu sesuai dengan norma-norma umum yang berlaku. (Prayitno dan Amti, 2004:234-235)
Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling dapat dicatat sebagai berikut:
a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.
b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhan, motivasi-motivasinya, dan kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinya itu kea rah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungan.
c. Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual(Rogers, dalam McDaniel, 1956).
d. Adalah menjadi tanggungjawab konselor untuk memahami minat, kemampuan, dan persaan klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu, penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajarai individu merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program bimbingan(McDaniel, 1956).
Kaidah-kaidah tersebut akan diturunkan sampai dengan penerapannya dalam berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
Soetjipto dan Kosasi (2007: 80) menambahkan bahwa pada hakikatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lain. Perbedaan itu bersumber pada latar belakang pengalamannya, pendidikan, dan sifat-sifat kepribadian yang dimiliki dan sebagainya. Menurut Willerman(1979) anak kembar satu telur pun juga mempunyai perbedaan, apalagi kalau dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda. Ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan dapat memberika andil terjadinya perbedaan individu. Tylor(1956) juga menyatakan bahwa kelas social keluarga dapat menimbulkan terjadinya perbedaan individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhinya dalam cara berpikir, cara berperasaan, dan cara menganalisis data. Dalam layanan dan bimbingan konseling ini harus menjadi perharian besar. Inilah yang dimaksud dg orientasi individual.


2. Orientasi Perkembangan

Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut adalah pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Perkembangan sendiri dapat diartika sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu(berkesinambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik(jasmaniah) maupun psikis(rohaniah). (Yusuf, 2009: 15)
Menurut Myrick(dalam Mayers, 1992) perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan bimbingan. Sejak tahun 1950-an penekanan pada perkembangan dalam bimbingan dan konseling sejalan dengan konsepsi tugas-tugas perkembangan yang dicetuskan oleh Havighurst(Hansen, dkk.,1976). Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk menunjang kemampuan inheren individu bergerak menuju kematangan dalam perkembangannya.
Ivey dan Rigazio(dalam Mayers, 1992) menekankan bahwa orientasi perkembangan justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan. Perkembangan merupakan konsep inti dan terpadukan, serta menjadi tujuan dari segenap layanan bimbingan dan konseling. Selanjutnya ditegaskan bahwa, praktek bimbingan dan konseling tidak lain adalah memberikan kemudahan yang berlangsung perkembangan yang berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan, dan hal itu semua mendorong konselor dan klien bekerjasama untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan klien.
Secara khusus, Thompson&Rudolph(1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk:
a) Hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan laindi luar apa yang dipahaminya,
b) Hambatan konsentrasi, yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal,
c) Hambatan reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang dipahami semula,
d) Hambatan transformasi, ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada susunan urutan yang ditetapkan.
Thompson & Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah menangani hambatan-hambatan perkembangan itu.
Masing-masing individu berada pada usia perkembangan. Dalam setiap tahap usia perkembangan, individu hendaknya mampu mewujudkan tugas perkembangan tersebut. Setiap tahap atau periode perkembangan mempunyai tugas-tugas perkembangan sendiri-sendiri yang sudah harus dicapai pada akhir tahap perkembanganya itu. Pencapaian tugas perkembangan di suatu tahap perkembangan akan mempengaruhi perkembangan berikutnya(Ratna Asmara Pane, 1988). Tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa keberhasilan; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya(Yusuf, 2009:65). Sebagai contoh dapat dikemukakan tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havighurst yang dikutip oleh Hurlock(1980) antara lain:
a) Mampu mengadakan hubungan-hubungna baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
b) Dapat berperan sosial yang sesuai.
c) Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan baik.
d) Mampu menerima tanggungjawab social dan bertingkah laku sesuai denga tanggung jawab social.
e) Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
Selanjutnya, menurut Willian Kay mengemukakan tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figure-figur yang mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat self-control(kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
g. Mampu meninggalkan reaksi da n penyesuaian diri(sikap/perilaku) kekanak-kanakan.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menuntut adanya perubahan sikap dan pola tingkah laku yang berbeda dengan sikap dan pola tingkah laku pada masa kanak-kanak. (Soetjipto dan Kosasi, 2007: 80-82)
Masa remaja(adolenscence) menurut sebagian ahli psikologi terdiri atas sub-sub masa perkembangan sebagai berikut:
1. Subperkembangan prepuber(± 2 tahun sebelum masa puber)
2. Subperkembangan puber(± 2,5 tahun-3 tahun)
3. Subperkembangan postpuber yakni perkembangan biologis sudah lambat tapi masih terus berlangsung pada bagian orang tertentu.Saat ini mulai menampakkan cirri kedewasaan.
Masa perkembangan remaja yang panjang(wanita 12-21 dan pria 13-22) sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja tetapi bagi orangtua, guru, dan masyarakat sekitar. Individu remaja sedang berada di persimpangan jalan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Sebab dengan ini, hamper dapat dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang mengalami atauu yang sedang dalam keadaan transisi dari satu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk bahkan fatal. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi pencapaian dan persiapan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan masa dewasa.(Syah,2004:51)
Menurut Syamsu Yusuf LN dalam bukunya”Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”(2009:75), keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini mengantarkannya ke dalam suatu kondisi penyesuaian social baik dalam keseluruhan hidupnya. Namun, apabila gagal, maka ia akan mengalami ketidakbahagiaan atau kesulitan dalam kehidupannya di masa dewasa, seperti ketidakbahagiaan dalam pernikahan, kurang mampu bergaul dengan orang lain, bersifat kekanak-kanakan dan melakukan dominasi sewenag-wenang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Andi Mapiare dalam buku Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah(1984:43-44) bahwa memasuki masa pubertas dan remaja awal, semakin banyak tuntutan masyarakat terhadap anak. Konflik-konflik yang terjadi yang terjadi dalam cirri-ciri keremajaannya, akan ditambah lagi dengan konflik-konflik yang timbul dari tuntutan pencapaian dan penyesuaian tugas-tugas perkembangan. Bimbingan perlu dalam periode awal masa ini khusus dalam membantu individu mengadakan penyesuaian terhadap perubahan fisik yang terjadi ceoat dan menimbulkan kegoncangan emosional; juga guna pemahaman diri dan menemukan diri sebagai pria atau wanita sehingga dapat berperan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Pencapaian atau perwujudan tugas-tugas perkembangan setiap tahap atau periode merupakan salah satu tolak ukur dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi klien. Penyimpangan tingkah laku dan pola pikir diketahui dari pencapaian tugas-tugas perkembangannya.
Bertolak dari pemahaman tentang perkembangan klien ini, konselor dapat segera mendiagnosis sumber timbulnya permasalahan klien. Dengan demikian pemberian layanan bimbingan dan konseling dapat berlangsung efektif dan efisien.






3. Orientasi Permasalahan

Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan mengganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya adalah tujuan bimbingan dan konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami maslaah dapat terentaskan masalahnya. Melalui fungsi pencegahan, layanan dan bimbingan konseling dimaksudkan mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari bernagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya. Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan merumuskan program bimbungan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan siswa kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial, dan sebagainya dapat dihindari. Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat diwujudkan berkenaan dengan fungsi ini adalah layanan orientasi dan layanan kegiatan kelompok.
Fungsi-fungsi lain, yaitu fungsi pemahaman, dan fungsi pemeliharaan/pengembangan pada dasarnya juga bersangkut-paut dengan permasalahan pada diri klien. Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan aspek lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien, dan dapat pula bermanfaat di dalam upaya pengentasan masalah yang telah terjadi. Demikian pula fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada tercegahkan ataupun terentaskannya masalah-masalah tertentu. Fungsi pemeliharaan dimaksudkan untuk memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu(siswa) dan mengusahakannya agar hal-hal tersebut bertambah baik dan berkembang, contohnya adalah kegiatan kelompok belajar dan penjurusan, penempatan siswa pada program-program akademik tertentu serta kegiatan ekstrakurikuler. Dengan demikian konsep orientasi masalah terentang seluas daerah beroperasinya funsi-fungsi bimbingan, dan dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
Jenis masalah yang mungkin diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L. Mooney (dalam Prayitno, 1987) mengidentifikasi 330 masalah yang digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan :
a. perkembangan jasmani dan kesehatan (PJK)
b. keuangan, keadaan lingkungan, dan pekerjaan (KLP)
c. kegiatan sosial dan reaksi (KSR)
d. hubungan muda-mudi, pacaran, dan perkawinan (HPP)
e. hubungan social kejiwaan (HSK)
f. keadaan pribadi kejiwaan (KPK)
g. moral dan agama (MDA)
h. keadaan rumah dan keluarga (KRK)
i. masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)
j. penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)
k. kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran (KPP)
Frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis masalah barangkali lebih banyak dialami, sedangakan jenis masalah lain lebih jarana muncul. Frekuensi munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi lingkungan
Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak dari masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hal ini disebut dengan asas kekinian(Prayitno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini(saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien. Kadang-kadang konselor terperangkap dalam hal-hal lain yang sebenarnya tidak dirasakan sebagai masalah oleh klien yang bersangkutan. Akibatnya, masalah yang sebenarnya justru tidak teratasi atau bahkan timbul masalah baru. Konselor dapat saja membahas hal-hal lain asal masih ada kaitannya dg masalah yang dihadapi klien.
Lebih jauh lagi mengenai asas kekinian yang berhubungan erat dengan orientasi ini berarti asas yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan perserta didik(klien) dalam kondisi sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau masa lampau pun dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang dapat diperbuat sekarang. (Satori,dkk.2007:49)
Bilamana klien menyampaikan informasi atau berbicara tentang masalah yang tidak ada kaitannya dengan kesulitan yang sedang dikonsultasikan, maka konselor harus membawanya kembali kepada masalah yang sedang dihadapi. Jangan sampai konselor hanyut dalam pembicaraan. Olehkarena itu, konselor harus selalu sadar akan arah sasaran yang dituju untuk memcahkan masalah klien. (Soetjipto dan Kosasi, 2007: 82)








2.2. Aktualisasi Orientasi Layanan dan Bimbingan Konseling di Sekolah


2.2.1. Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Layanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting, baik bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah tangga (keluarga), maupun masyarakat pada umumnya. Uraian di bawah ini membicarakan peranan bimbingan dan konseling pada ruang lingkup sekolah dimana orientasi layanan dan bimbingan tersebut teraktualisasi.
Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus.
Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalam proses perkembangannya. Bidang-bidang tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
(2) Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaann, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.
(3) Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.

Kendatipun ketiga bidang tersebut tampaknya terpisah anatra satu dengan yang lain, namun semuanya memiliki arah yang sama, yaitu memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal peserta didik. Antara bidang yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang saling isi mengisi. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, proses belajar mengajar akan dapat berjalan dnegan efektif apabila siswa terbebas dari masalah-masalah yang menggangu proses belajarnya. Pembebasan masalah-masaah siswa itu dilakukan melalaui pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh, materi layanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa. Demikian juga terhadap administrasi dan supervisi, bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti; misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum, pengembangan program-program belajar, pengambilan kebijakan yang tepat dalam rangka penciptaan iklim sekolah yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Sebaliknya, bidang pengajaran dan administrasi dapat memberikan sumbangan yang besat bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Bidang kurikulum dan pengajaran merupakan lahan yang sangat efektif bagi terlaksananya di dalam praktek materi-materi layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan pengajaran yang sehat dan mantap, baik dalam isi maupun suasananya, akan memberikan sumbangan besar bagi pencegahan timbulnya masalah siswa, dan juga merupakan wahana bagi pengetahuan masalah-masalah siswa. Pengajaran perbaikan dan pemberian materi pengayaan merupakan bentuk layanan bimbingan yang diselenggarakan melalui kegiatan pengajaran. Bidang pengelolaan dan administrasi dapat memberikan sumbangan besar bagi pelayanan bimbingan dan konseling melaui berbagai kebijakan dan pengaturan yang menghasilkan kondisi yang memungkinkan berjalannya layanan itu secara optimal, sehingga segenap fungsi-fungsi dan jenis layaan serta kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan lancar dan mencapai sasaran.
Dalam bidang bimbingan dan konseling tersebut diwujudkanlah segenap fungsi-fungsi bimbingan dan konseling melalui berbagai layanan dan kegiatan. Konselor dengan kemampuan profesionalnya mengisi bidang tersebut sepenuhnya dengan bekerja sama dengan berbagai pihak yang dapat menunjang pencapaian tujuan pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini guru turut serta bekerja sama dengan konselor.

Tanggung Jawab Konselor Sekolah
Tenaga inti (dan ahli) dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling ialah konselor. Konselor inilah yang mengendalikan dan sekaligus melaksanakan berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu konselor menjadi ”pelayan” bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembangan masing-masing peserta didik atau siswa saja (sebagai sasaran utama layanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapat secara bersama-sama menunjang pencapaian tujuan itu, yaitu sejawat (sesama konselor, guru, dan personal sekolah lainnya), orang tua, dan masyarakat pada umumnya. Kepada merreka itulah konselor menjadi ”pelayan” dan tanggung jawab dalam arti yang penuh dengan kehormatan, dedikasi, dan keprofesionalan.)

Tanggung jawab konselor kepada siswa, yaitu bahwa konselor:
(a) memiliki kewajiban dan kesetiaan utama dan terutama kepada siswa yang harus diperlukan sebagai individu yang unik;
(b) memperhatikan sepenuhnya segenap kebutuhan siswa (kebutuhan yang menyangkut pendidikan, jabatan/pekerjaan, pribadi, dan sosial) dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi setiap siswa;
(c) memberi tahu siswa tentang tujuan dan teknik layanan bimbingan dan konseling, serta aturan ataupun prosedur yang harus dilalui apabila ia menghendaki bantuan bimbingan dan konseling;
(d) tidak mendesakkan kepada siswa (klien) nilai-nilai tertentu yang sebenarnya dianggap baik oleh konselor saja;
(e) menjaga kerahasiaan data tentang siswa;
(f) memberitahu pihak yang berwenang apabila ada petunjuk kuat sesuatu yang berbahaya akan terjadi;
(g) menyelenggarakan pengungkapan data secara tepat dan memberi tahu siswa tentang hasil kegiatan itu dengan cara sederhana dan mudah dimengerti,
(h) menyelnggarakan layanan bimbingan dan konseling secraa tepat dan profesional;
(i) melakukan referal kasus secraa tepat.

Tanggung jawab kepada orang tua, yaitu bahwa konselor :
(a) menghormati hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan berusaha sekuat tenaga membangun hubungan yang erat dengan orang tua demi perkembangan siswa;
(b) memberi tahu orang tua tentang peranan konselor dengan asas kerahasiaan yang dijaga secara teguh;
(c) menyediakan untuk orang tua berbagai informasi yang berguna dan menyampaikannya dengan cara yang sebaik-baiknya untuk kepentingan perkembangan siswa;
(d) memperlakukan informasi yang diterima dari oran tua dengan menerapkan asas kerahasiaan dan dengan cara yang sebaik-baiknya;
(e) menyampaikan informasi (tentang siswa dan orang tua) hanya kepada pihak-pihak yang berhak mengetahui informasi tersebut tanpa merugikan siswa dan orang tuanya.

Tanggung jawab kepada sejawat, yaitu bahwa konselor :
(a) memperlakuakn sejawat dengan penuh kehormatan, keadilan, keobjektifan, dan kesetiakawanan;
(b) mengembankan hubungan kerja sama dengan sejawat dan staf administrasi demi terbinanya pelayanan bimbingan da konseling yang maksimum;
(c) membangun kesadaran tentang perlunya asas kerahasiaan, perbedaan antara data umum dan dtaa pribadi, serta pentingnya konsultasi sejawat;
(d) menyediakan informasi yang tepat, objektif, luas, dan berguna bagi sejawat untuk membantu menangani masalah siswa;
(e) membantu proses alih tangan kasus.

Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat, yaitu bahwa konselor :
(a) mendukung dan melindungi program sekolah terhadap penyimpangan-penyimpangan yang merugikan siswa;
(b) memberitahu pihak-pihak yang bertanggung jawab apabila ada sesuatu yang dapat menghambat atau merusak misi sekolah, personal sekolah, atauun kekayaan sekolah;
(c) mengembangkan dan meningkatkan peranan dan fungsi bimbingan konseling untuk memenuhi kebutuhan segenap unsur-unsur sekolah dan masyarakat;
(d) membantu pengembangan:
- kondisi kurikulum dan lingkungan yang baik untuk kepentingan sekolah dan masyarakat;
- program dan prosedur pendidikan demi pemenuhan kebutuhan siswa dan masyarakat;
- proses evaluasi dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi sekolah pada umumnya (fungsi bimbingan dan konseling, kurikulum dan pengajaran, dan pengelolaan/administrasi)
(e) bekerjasama dengan lembaga, organisasi, dan perorangan baik di sekolah maupun di masyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa, sekolah dan masyarakat, tanpa pamrih

Tanggung jawab kepada diri sendiri, bahwa konselor :
(a) berfungsi (dalam layanan bimbingan dan konseling) secraa profesional dalam batas-batas kemampuannya serta menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari pelaksanaan fungsi tersebut;
(b) menyadari kemungkinan pengaruh diri pribadi terhadap pelayanan yang diberikan kepada klien;
(c) memonitor bagaimana diri sendiri berfungsi, dan bagaimana tingkat keefektifan pelayanan serta menahan segala sesuatu kemungkinan merugikan klien;
(d) selalu mewujudkan prakarsa demi peningkatan dan pengembangan pelayanan profesional melalui dipertahankannya kemampuan profesional konselor, dan melalui penemuan-penemuan baru.


Tanggung jawab kepada profesi, yaitu bahwa konselor :
(a) bertindak sedemikian rupa sehingga menguntungkan diri sendiri sebagai konselor dan profesi;
(b) melakukan penelitian dan melaporkan penemuannya sehingga memperkaya khasanah dunia bimbingan dan konseling;
(c) berpartisipasi secraa aktif dalam kegiatan organisasi profesional bimbingan dan konseling baik di tempatnya sendiri, di daerah, amupun dalam lingkungan nasional;
(d) menjalankan dan mempertahankan standar profesi bimbingan dan konseling yang berlaku berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling;
(e) membedakan dengan jelas mana pernyataan bersifat pribadi dan mana pernyataan yang menyangkut profesi bimbingan serta memperhaikan dengan sungguh-sungguh implikasinya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.


Rumusan ruang lingkup bimbingan dapat disusun secara positif dapat pula secara negative. Agaknya menyusun rumusan negative (biasanya dengan pernyataan “tidak” atau “bukan”) lebih mudah dibanding menyusun rumusan positif. Dengan tidak melupakan ini, dicoba dikemukakan ruang lingkup upaya bimbingan sekolah sebagai berikut:
1) Subyek utama yang dilayani oleh bimbingan adalah semua peserta didik sekolah yang bersangkutan dengan ridak ada pengecualian. Peserta didik sebagai subyek yang dilayani meliputi jenjang pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan di mana program bimbingan itu berada. Peserta didik sekolah lain, di luar sekolah di mana program bimbingan itu berada, dapat pula dilayani sepanjang masih berhubungan dengan satu atau lebih layanan program bimbingan suatu sekolah. Hubungan dimaksud dapat terjadi, misalnya sebagai perwujudan layanan follow up study, atau layanan pada sekolah pengumpan (feeder school)
2) Subyek lain yang dibantu oleh bimbingan dengan pelayanannya adalah guru, staf sekolah lainnya, orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar yang dalam pelaksanaannya bimbingan berpegang teguh pada batas-batas konsep pelayanan yang berhubungan dengan subyek itu masing-masing. Prinsip utamanya adalah bimbingan tidak membimbing atau mengkonseling subyek yang dilayaninya ini.
3) Masalah peserta didik, terhadap mana bimbingan menyediakan layanan bantuan, adalah masalah belajar (akademis), masalah pribadi dan sosial, masalah jabatan atau karier dan masalah lain yang khusus mengenai perorangan peserta didik di sekolah sebagaimana disepakati bersama oleh pembimbing dengan peserta didik yang sedang mendapat pelayanan-pelayanan sejauh hal itu masih menyangkut bidang pelayanan profesioanl bimbingan.
4) Wujud bantuan yang dilayankan oleh bimbingan kepada peserta didik adalah penyediaan wawasan (insight) sehingga peserta didik yang aktif mengarahkan dirinya sendiri, atas wawasan yang disediakan oleh bimbingan. Demikian pun, bimbingan hanya menyediakan wawasan bagi personel (subyek) lain yang dilayaninya sehingga tetaplah personel yang bersangkutan yang menjalankan tugas masing-masing dan bertanggung jawab terhadap tugasnya tanpa pengambil alihan oleh pembimbing.
5) Kegiatan-kegiatan yang diharapkan peserta didik aktif melakukan atas bantuan berupa wawasan bimbingan, adalah membuat rencana, menyusun alternatif pilihan, menentukan pilihan dan membuat keputusan, memecahkan masalah, dan mengatakan penyesuaian yang lebih maju.
6) Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan berlangsung menurut kegiatan kurikuler sesuai sekolah yang bersnagkutan, dan dapat terjadi di dalam maupun di luar sekolah.
7) Tanggung jawab petugas bimbingan dalam pelaksanaan layanan khusus bimbingan kepada peserta didik tertentu (klien) nerlangsung dalam rentang waktu sejak mulai ditangani sampai dnegan saat klien dapat bertanggung jawab sendiri sebagai hasil layanan bimbingan, atau setelah dilimpahkan kepada ahli/profesi/lembaga lain yang berwenang.
8) Tanggung jawab bertugas bimibngan mengenai perencanaan, pelaksaan, penilaian, dan pengembangan program bimbingan berorientasi kepada Kepala Sekolah sebagai penganngung jawab tertinggi seluruh program sekolah yang bersangkutan.

Makna yang dikandung oleh rumusan ruang lingkup bimbingan tersebut di atas akan lebih jelas lagi bila diperhatikan batasan-batasan lain yang bersnagkutan denganya. Bahasan-bahasan dimaksud antara lain konsep tentang layanan-layanan bimbingan, prinsip-prinsip bimibingan, jenis bimbingan, tugas dan tanggung jawab masing-masing personel bimbingan, dan kode etik bimbingan.
Rumusan lain mengenai ruang lingkup bimbingan dikemukakan oleh Depdikbud RI, melalui Badan Pengembangan Pendidikan, dalam “Pola Dasar dan Pengembangan Program Bimbingan dan Penyuluhan Melalui Proyek-proyek Perintis Sekolah Pembangunan” (1974) adalah sebagai berikut:
1) Bimbingan melayani semua peserta didik, Dengan perkataan lain ia tidak hanya melayani peserta didik yang mempunyai masalah saja.
2) Bimbingan membantu peserta didik membuat perencanaan dan mengambil keputusan-keputusan. Bahkan tugas bimbingan buat menyiapkan nasehat dan rencana semacam barang jadi bagi peserta didiknya/kliennya. Konseling bukan pekerjaan memberikan nasehat-nasehat.
3) Bimbingan membantu guru dan staf sekolah yang lain, akan tetapi ia tidak melakukan,apalagi ia mnegambil alih tugas-tugas pekerjaan guru dan staf sekolah itu, mislanya mengajar menggantikan tempat guru yang berhalangan, mengawasi ulangan, mengabsen peserta didik, mendisiplinkan dan semacamnya. Demikia pun konselor tidak melakukan sendiri pekerjaan karena penempatan tenaga.
4) Bimbingan tidak melakukan pekerjaan bantuan yang menuntut keahlian di luar keahlian yang dimilikinya, tidak mengangani masalah-masalah gangguan kepribadian yang semestinya menjadi garapan ahli psikologi klinik, ahli psikologi terapi, ahli pekerjaan sosial tau ahli penyakit jiwa.
5) Bimbingan menjalankan tugasnya dalam ruang lingkup waktu kegiatan kurikuler yang resmi baik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
6) Otoritas dan tanggung jawab bimbingan adalah sejauh itu menyangkut bidang layanan (pelayanan) bantuan profesional perorangan di sekolah sebagaimana disepakati bersama dnegan peserta didik yang mendapat layanan.
(Ahmadi dan Rohani, 1991)

Menurut Thohirin(2007) Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mempunyai ruang lingkup yang luas dan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu segi fungsi, sasaran, layanan, dan masalah.
Pertama, segi fungsi. Dilihat dari segi fungsi, ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mencakup fungsi-fungsi: (1) pencegahan, (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4) pemeliharaan, (5) penyaluran, (6) penyesuaian, (7) pengembangan, dan (8) perbaikan.
Kedua, segi sasaran. Dilihat dari segi sasaran, ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah diperuntukkan bagi semua siswa dengan tujuan agar siswa secara perseorangan mencapai perkembangan yang optimal melalui kemampuan: pengungkapan-pengenalan-penerimaan diri, pengenalan lingkungan, pengambilan keputusan, pengarahan diri dan perwujudan diri. Dalam hal tertentu, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi siswa, akan terdapat prioritas dalam sasaran bimbingan dna konsleing tersebut.
Ketiga, segi layanan. Dilihat dari segi layanan yang diberikn, ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah meliputi layanan-layanan: (1) pengumpulan data, (2) pemberian informasi, (3) penempatan, (4) konseling, (5) alih tangan kasus (referal), dan (6) penilaian dan tindak lanjut.
Keempat, segi masalah. Dilihat dari segi masalah, ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah meliputi: (1) bimbingan pendidikan, (2) bimbingan karier, (3) bimbingan pribadi-sosial.
Dewasa ini ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah telah mengalami perkembangan. Perkembangn itu oleh akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Akibat perkembangn IPTEK telah memunculkan berbgaia persoalan baru, sehingga upaya pemecahannya pun memerlukan pendekatan dan cara-cara yang baru pula. Dampak langsung perkembangan IPTEK dalam dunia pelayanan bimbingan dan konseling adalah perlunya penyesuaian-penyesuaian dalam lingkup pelayananya.
Lingkup pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah dewasa ini merujuk kepada pelayanan bimbingan dan konseling pola 17 yang mencakup: pertama, Bimbingan dan koseling sebagai bentuk pemberian bantuan. Kedua: bidang bimbingan dan konseling yang mencakup bimbinganL (1) Pribadi, (2) sosial, (3) belajar, dan (4) karier. Ketiga, bidang layanan bimbingan dan konseling yang mencakup; (1) orientasi, (2) informasi, (3) penempatan atau penyaluran, (4) pembelajaran, (5) konseling perorangan, (6) konseling kelompok, dan (7) bimbingan kelompok. Keempat, kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang mencakup; (1) instrumentasi, (2) himpunaan data, (3) alih tangan kasus.
Pelayanan bimibingan dan konseling di sekolah dan madrasah menurut penulis juga bisa menerapkan pola 17 plus, meskipun pola ini kecenderungannya diterapkan untuk pelayanan bimbingan konseling setting masyarakat. Adapun ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling pola 17 plus adalah pertama, keterpaduan yang mantap tentang pengertian, tujuan, fungsi prinsip, dan asas serta landasan bimbingan dan konseling.
Kedua, bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang meliputi: (1) bidang pengembangan probadi, (2) pengembangan sosial, (3) pengembangan kegiatan belajar, (4) pengembangan karier, (5) pengembangan kehidupan berkeluarga, dan (6) pengembangan kehidupan beragama.
Ketiga, jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling meliputi: (1) layanan orientasi, (2) layanan informasi, (3) layanan penempatan dan penyaluran, (4) layanan penguasaan konten, (5) layanan konsleing perorangan, (6) layanan bimbingan kelompok, (7) layanan konseling kelompok, (8) layanan konsultasi, dan (9) layanan mediasi.
Keempat, kegiatan-kegiatan pendukung bimibngan dan konseling, meliputi: (1) aplikasi instrumentasi, (2) himpunan data, (3) konferensi kasus, (4) kunjungan rumah, dan (5) alih tangan kasus.
Kelima, format layanan, meliputi (1) format individual, (2) format kelompok, (3) format klasikal, (4) format lapangan, dan (5) format politik.


2. Jenis-Jenis Layanan

Aktualisasi/penerapan dari orientasi layanan bimbingan dan konseling juga dapat dilihat pada berbagai jenis layanan yang layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik sebagaimana berikut ini.

1. Layanan Orientasi
Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya, dalam rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
Layanan orientasi ini ditujukan kepada siswa baru dan untuk pihak-pihak lain (terutama orang tua/wali siswa) guna memberi pemahaman dan penyesuaian diri terutama penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan (sekolah) yang baru dimasukinya.
Hasil yang di harapkan dari layanan orientasi ialah mempermudah penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demikian juga orang tua siswa dengan memahami kondisi, situasi dan tuntunan sekolah anaknya akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan anaknya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi utama yang didukung oleh layanan orientasi ini adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.
(Hallen. 2005 : 776-77)

Materi Umum Layanan Orientasi
Materi yang dapat diangkat melalui layanan orientasi ada berbagai cara, yaitu meliputi hal berikut:
1. Orientasi umum sekolah yang baru dimasuki.
2. Orientasi kelas baru dan cawu baru.
3. Orientasi kelas terakhir dsan cawu terakhir, EBTA/EBTANAS, ijazah.
(Prayitno. 2001: 83)
Materi layanan orientasi menyangkut:
a. Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.
b. Peraturan dan hak-hak serta kewajiban siswa.
c. Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu an meningkatkan hubungan sosial siswa.
d. Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya.
e. Peranan kegiatan bimbingan karier.
f. Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa.
(Sukardi. 2008: 60-61)

2. Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien). Oleh karena itu sasaran dari layanan informasi ini bukan saja peserta didik, tetapi juga orang tua/ wali sebagai orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap peserta didik agar mereka dapat menerima informasi yang amat berguna bagi perkembangan anak-anak mereka. (Hallen. 2005 : 77)
Layanan informasi ini bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai siswa, anggota keluarga dan masyarakat. Pemahaman yang diperoleh dari layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, menegembangkan cita-cita, menyelenggarkan kehidupan sehari-hari dan mengambil keputusan. Dengan demikian fungsi utama bimbingan yang didukung oleh kegiatan layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.(Prayitno. 2001: 83)
Materi layanan informasi menyangkut:
a. Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir, yaitu tentang kemampuan dan perkembangan pribadi.
b. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat serta bentuk-bentuk penyaluran dan pengembangannya.
c. Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma, dan sopan santun.
d. Nilai-nilai sosial, adapt-istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang dimasyarakat.
e. Mata pelajaran dan pembidangannya, seperti program inti, program khusus dan program tambahan.
f. System penjurusan, kenaikan kelas, dan syarat-syarat mengikuti ujian akhir.
g. Fasilitas penunjang/ sumber belajar.
h. Cara mempersiapkan diri dan belajar disekolah.
i. Syarat-syarat memasuki suatu jabatan, kondisi jabatan/ karier serta prospeknya.
j. Langkah-langkah yang perlu ditempuh guna menentukan jabatan / karier.
k. Memasuki perguruan tinggi yang sejalan dengan cita-cita karier.
l. Pelaksanaan pelayanan bantuan untuk masalah pribadi, sosial, belajar, dan karier.
(Sukardi. 2008: 61)

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan pennyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan/penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan / program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya. (Prayitno. 2001: 84)
Berbagai hal yang menyebabkan potensi, bakat, dan minat yang tidak tersalurkan secara tepat akan mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara optimal. Melalui layanan penempatan dan penyaluran ini memebrikan kemungkinan kepada siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat, yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan / karier, kegiatan ekstra kulikuler, program latihan dan pendidian yang lebih tinggi sesuai dengan kondisi fisik dan psikisnya. Jadi fungsi utama yang didukung oleh layanan penempatan dan penyaluran ini adalah fungsi pencegahan, pemeliharaan dan advokasi. (Hallen. 2005 : 78)
Materi kegiatan layanan penempatan dan penyaluran meliputi:
a. Penempatan kelas siswa, program studi/ jurusan dan pilihan ekstra kulikuler yang dapat menunjang penegembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat dan minat.
b. Penempatan dan penyaluran siswa dalam kelompok sebaya, kelompok belajar, dsan organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.
c. Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuhan siswa, baik pengajaran, perbaikan maupun pengayaan dan seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur PMDK/UMPTN
d. Menempatkan dan menyalurkan siswa pada kelompok yang membahas pilihan khusus program studi sesuai dengan rencana karier, kelompok latihan keterampilan dan kegiatan ekstrakulikuler atau magang yang diadakan sekolah atau lembaga kerja/industri.
(Sukardi. 2008: 62)


4. Layanan Bimbingan Belajar (Pembelajaran)

Layanan pembelajaran adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dan kecepatan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. (Hallen. 2005 : 79)
Layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta tuntukan kemampuan yang berguna dalam kehidupan dan perkembangan dirinya.
Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan pembelajaran ialah fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
(Prayitno. 2001: 85-86)
Materi kegiatan layanan bimbingan belajar meliputi:
a. Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan, bakat, minat, kekuatan-kekuatan dan penyalurannya, kelemahan-kelemahan dan penanggulangannya, dan usaha-usaha pencapaian cita-cita/ perencanaan masa depan.
b. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan sosial dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas.
c. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara efektif dan efisien.
d. Teknik penguasaan materi pembelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi, dan kesenian.
e. Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan informasi karier, orientasi dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
f. Orientasi belajar diperguruan tinggi dan
g. Orientasi hidup berkeluarga.
(Sukardi. 2008: 63)

5. Layanan Konseling Perseorangan

Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.(Hallen. 2005 : 80)
Layanan konseling perorangan memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing atau guru kelas di SD dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
Fungsi utama bimbingan yang didukungn oleh layanan konseling perorangan ialah fungsi pengentasan. (Prayitno2001: 86)
Pelaksanaan usaha pengentasan masalah siswa, dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Pengenalan dan pemahaman permasalahn.
b. Analisis yang tepat
c. Aplikasi dan pemecahan permasalahan
d. Evaluasi, baik evaluasi awal, proses, ataupun evaluasi akir.
e. Tindak lanjut.
Melihat teknik penyelenggaraan konseling perseorangan terdapat macam-macam teknik konseling perseorangan yang sangat ditentukan oleh permasalahan yang dialami siswa. Teknik konseling perseorangan yang sederhana melalui proses/tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap pembukaan
2. Tahap penjelasan
3. Tahap pengubahan tingkah laku
4. Tahap penilaian / tindak lanjut.


Materi layanan konseling perorangan meliputi:
1. Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan keemahan, bakat, dan minat serta penyalurannya.
2. Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.
3. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pendapat, bertingkah laku sosial, baik di rumah, sekolah dan masyarakat.
4. Menegembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin dan berlatih dan pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasan, dan potensi diri.
5. Pemantapan pilihan jurusan dan perguruan tinggi
6. Pengembangan dan pemantapan kecenderungan karier dan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan rencana karier.
(Sukardi. 2008: 63-64)

6. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan / atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan / atau untuk perkembangan pribadinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputsan dan/atau tindakan tertentu. (Prayitno. 2001: 86)
Dapat pula diartikan sebagai layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. (www.re-searchengines.com)
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan peserta didik memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama dari guru pembimbing atau guru kelas) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai siswa, anggota keluarga dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan itu juga dapat dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Lebih jauh dengan layanan bimbingan kelompok para peserta didik dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, menegmbangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas didalam kelompok. Dengan demikian, selain dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap di dalam kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan bimbingan kelompok ini adalah fungsi pemahaman dan pengembangan.(Hallen. 2005 : 81)
Materi layanan bimbingan kelompok, meliputi:
1. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat dan cita-cita serta penyalurannya.
2. Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, kekuatan diri dan pengembangannya.
3. Pengembangan kemampuan berkomunikasi, menerima/ menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat, teman sebaya disekolah dan luar sekolah dan kondisi/ peraturan sekolah.
4. Pengembangan sikap dan kebiasan belajar yang baik di sekolah dan dirumah sesuai dengan kemampuan pribadi siswa.
5. Pengembangan teknik-teknik penguasan ilmu penngetahuan, teknologi dan kesenian sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan budaya.
6. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan upaya memperoleh penghasilan.
7. Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
8. Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.
Manfaat dan pentingnya bimbingan kelompok perlu mendapat penekanan yang sungguh-sungguh. Melalui bimbingan kelompok para siswa, yaitu:
a. Diberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya. Pendapat mereka itu boleh jadi beracam-macam, ada yang positif dan ada yang negative. Semua pendapat itu, melalui dinamika kelompok (bdan berperannya guru pembimbing) diluruskan bagi pendapat-pendapat.
b. Memiliki pemahaman yang objektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan itu. Pemahaman yang objektif, tepat dan luas itu diharapkan dapat
c. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang bersangkut-paut dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok. “sikap ppositif” disini dimaksudkan: menolak hal-hal yang salah/buruk/negative/ dan menyokong hal-hal yang benar/baik/positif. Sikap positif ini lebih jauh diharapkan dapat merangsang para siswa.
d. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan “penolakan terhadap yang buruk dan sokongan terhadap yang baik” itu. Lebih jauh lagi, program-program kehiatan itu diharapakan dpaat mendorong siswa.
e. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana mereka programkan semula.
(Sukardi. 2008: 65-67)

7. Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialami melalui dinamika